Melihat Dari Dekat Specialized Roubaix Peter Sagan
Peter Sagan (TotalEnergies) mengembalikan kejayaan Specialized Roubaix di ajang Paris-Roubaix pada Minggu atau akhir pekan lalu.
Sayangnya, Sagan yang rencananya akan pensiun di akhir 2023 ini malah tidak finis di ajang berjuluk Hell of North ini. Dia mengalami kecelakaan ketika balapan baru berjalan 100 km. Padahal Sagan adalah juara Paris-Roubaix tahun 2018 serta Tour of Flanders tahun 2016.
Tentunya Sagan menjalani dua balapan ini menggunakan sepeda Specialized Roubaix.
Uniknya, di Paris-Roubaix tahun ini, sepeda Sagan tampil berbeda. Tim lain sudah jarang yang menggunakan sepeda endurance seperti Specialized Roubaix. Mereka malah menggunakan sepeda aero untuk menaklukkan balapan dengan medan bebatuan cobbles ini. Bahkan mayoritas tim yang disponsori Specialized menggunakan tipe SL7.
Roubaix sudah lama mewarnai jagad persepedaan. Sejak tahun 2004 lantas mengalami perkembangan terus hingga enam edisi.
Tahun 2008 muncul Roubaix SL2, disusul SL3 di 2010. Lantas ada SL4di 2012. Paling mutakhir, Roubaix dengan suspensi bernama Future Shock dirilis tahun 2017. Terakhir tahun 2019, Roubaix dengan Future Shock 2.0.
Roubaix ini juga tercatat sebagai sepeda pertama produksi Specialized yang menggunakan bahan karbon Kevlar.
Saat balapan Paris-Roubaix di tahun 2010, dominasi sepeda endurance sangat terasa.
Selain Roubaix ada juga Trek Domane serta Cannondale Synapse. Nah sejak 2016, ketika Matt Hayman menggunakan sepeda aero, Scott Foil, dan berhasil memenangkan Paris-Roubaix, seketika eranya berubah. Dari identik sepeda endurance menjadi sepeda aero.
Apalagi sepeda-sepeda aero baru saat ini sudah bisa mengakomodasi ban hingga ukuran 30 mm. Membuat mereka bisa tetap nyaman melibas bebatuan cobbles di ajang Paris-Roubaix.
Kembali ke sepeda Roubaix Sagan, kali ini pembalap berusia 30 tahun ini memilih grupset mekanis. Dia tidak mau menggunakan grupset elektronik untuk Paris Roubaix.
Karena medan yang berat rawan merusak elektronik yang akhirnya menghambat kecepatan. Oleh karena itu, Sagan kembali menggunakan Shimano Dura-Ace R9100 11 speed dengan chainring 54/46 dan sproket 11-30.
Sayangnya, Dura-Ace terbaru R9200 12 speed hanya tersedia versi elektronik. Ternyata Sagan tidak sendiri, dahulu, Fabian Cancellara juga pernah menolak grupset elektronik ketika balapan Paris-Roubaix.
Selain grupset, khusus untuk Sagan, suspensi mini Future Shock juga dimodifikasi. Future Shock adalah suspensi mini yang memiliki travel 20 mm. Posisinya ada di dalam stem dan headtube.
Nah, untuk Sagan ada yang berbeda. Terutama desain tutup headset. Biasanya terbuat dari plastik dan ada karetnya, tetapi milik Sagan ini dari aluminium.
Bisa dipastikan seting per di bagian dalamnya pun berbeda. Perubahan ini bisa jadi sebagai teaser untuk Roubaix baru, atau memang hanya digunakan oleh pembalap pro.
Seperti diberitakan kemarin, Specialized juga mengeluarkan ban purwarupa. Namanya Mondo. Tentu Sagan juga menggunakan ban baru ini.