Melawan Argumen Kembali ke Hadis, Bukan Pendapat Ulama
Jangan kaget dengan jargon kuno ini, sebab sudah ada sejak dahulu dan telah dibantah oleh ulama ahli hadis. Al-Hafidz adz-Dzahabi mengutip sebagian pendapat ketika mengurai biografi ad-Daraki:
ﻭاﻷﺧﺬ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ اﻷﺧﺬ ﺑﻘﻮﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ.
“Mengambil (langsung) kepada hadis lebih utama dari pada mengambil pendapat asy-Syafii dan Abu Hanifah”
ﻗﻠﺖ: ﻫﺬا ﺟﻴﺪ, ﻟﻜﻦ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺑﺬﻟﻚ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺇﻣﺎﻡ ﻣﻦ ﻧﻈﺮاء اﻹﻣﺎﻣﻴﻦ ﻣﺜﻞ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻭ ﺳﻔﻴﺎﻥ, ﺃﻭ اﻷﻭﺯاﻋﻲ, ﻭﺑﺄﻥ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺛﺎﺑﺘﺎ ﺳﺎﻟﻤﺎ ﻣﻦ ﻋﻠﺔ، ﻭﺑﺄﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺠﺔ ﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ، ﻭاﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﺻﺤﻴﺤﺎ ﻣﻌﺎﺭﺿﺎ ﻟﻵﺧﺮ, ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﺧﺬ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻗﺪ ﺗﻨﻜﺒﻪ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﺋﻤﺔ اﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻓﻼ
Saya (adz-Dzahabi) berkata: “Ini bagus. Namun dengan syarat hadis itu telah disampaikan oleh seorang imam yang sekaliber Syafii dan Abu Hanifah, seperi Malik, Sufyan dan Auzai. Dan hadisnya harus sahih dan terhindar dari illat. Juga bukan hujjah Abu Hanifah dan Syafii berupa hadis sahih yang bertolak belakang dengan hadis lain. Sedangkan bagi orang yang mengambil hadis sahih dan sudah ditolak oleh para imam, maka tidak boleh” (Siyar A’lam an-Nubala’, 12/385)
Mari kita lihat sosok Imam Ahmad bin Hanbal:
ﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ: ﺇﺫا ﺳﺌﻠﺖ ﻋﻦ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﻻ ﺃﻋﺮﻑ ﻓﻴﻬﺎ ﺧﺒﺮا ﻗﻠﺖ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﻘﻮﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ؛ ﻷﻧﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﻗﺮﺷﻲ ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻯ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ: -ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: “ﻋﺎﻟﻢ ﻗﺮﻳﺶ ﻳﻤﻸ اﻷﺭﺽ ﻋﻠﻤﺎ“.
Ahmad bin Hanbal berkata: “Jika aku ditanya sebuah masalah yang tidak aku ketahui hadisnya maka aku berfatwa dengan fatwanya asy-Syafii. Sebab beliau adalah Imam dari kabilah Quraisy. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama: “Orang alim dari suku Quraisy akan memenuhi ilmu di dunia”(Siyar A’lam an-Nubala’, 8/271)
Berapa hafalan hadis Imam Ahmad ini?
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ: ﻛﺎﻥ ﺃﺣﻤﺪ ﻳﺤﻔﻆ ﺃﻟﻒ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ. ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ: اﺣﻔﻆ ﻣﺌﺔ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ ﻏﻴﺮ ﺻﺤﻴﺢ. ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﻨﻔﺖ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻣﻦ ﺛﻼﺙ ﻣﺌﺔ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ
Abu Zurah berkata: “Ahmad menghafal 1.000.000 hadis” (Al-Muhaddits al-Munawi, Faidl al-Qadir, 1/17)
Bandingkan dengan orang sekarang yang hanya hafal hadis ‘Kullu bidatin dlalalah’ sudah berani berfatwa ke mana-mana.
Demikian ulasan K. Ma’ruf Khozin, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum SuramaduSuramadu dari penjelasan aswajanu center Jawa Timur.
Semoga bermanfaat. Amiin.