Belajar Banyak Hal dengan Robot, Ini Faktanya
Mahasiswa fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya berhasil membuat tiga robot. Ketiganya juga diikutkan Kontes Robot Indonesia (KRI) yang baru saja terlaksana juni lalu. Ada robot seni tari, robot pemadam api berkaki, serta robot sepak bola.
Pada KRI terbagi menjadi tiga cabang lomba. Unesa mengirimkan tiga tim untuk mengikuti ketiga cabang lomba tersebut. Ada Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki, serta Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda.
Pada KRSTI ada tim Azzahraly, KRPAI ada tim Dewayani, dan KRSBI ada tim Dewo. Di tingkat regional tim Azzahraly berhasil meraih juara dua, dan pada tingkat nasional tim Dewayani berhasil mendapat posisi empat.
Ikhwanul Karim, ketua tim Dewo mengatakan, dalam pembuatan dan trial robot memakan waktu kurang lebih tujuh bulan. Pertama dalam pembuatan robot mereka harus menyiapkan desain 3D dan simulasi. Simulasi ini mereka menggunakan perangkat software untuk mekanik dan hardware yang akan digunakan pada robot.
Dilanjut dengan pembuatan rangka untuk body robot dan mekanisme gerak lainnya. Lalu pemasangan hardware dan aktuator untuk penggerak robot. Terakhir akan dilakukan pemrograman robot dan trial.
“Bagi saya yang menarik dari buat robot, biar uang semesternya ngga mubazir” Terang Karim.
Dalam pembuatan satu robot mereka bisa menghabiskan biaya 30-50 jutaan, itupun tergantung dengan part yang akan dipakai. Biaya ini semua ditanggung oleh Universitas Negeri Surabaya.
Untuk tim Dewo KRI bukan kontes pertama yang mereka ikuti. Sebelumnya mereka juga sempat mengikuti Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) atau pesawat tanpa awak (UAV), Kontes muatan dan prototype roket (KOMURINDO), dan Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN).
Pembuatan robot ini masih dalam bentuk prototype. Karim berharap bahwa kontes robot di Indonesia tidak hanya digunakan untuk kontes saja. Namun juga dapat diproduksi secara masal, untuk mempermudah pekerjaan manusia.
“Bisa untuk pengiriman barang dengan akses jalan yang sulit, pemantauan daerah terdampak bencana, dan pekerjaan yang sulit dilakukan oleh manusia lainnya.” terangnya
Baginya dalam pembuatan robot ini, banyak ilmu yang didapat yang tidak mereka dapatkan di bangku kuliah. Disini mereka juga belajar bagaimana bekerja secara tim.