Mega Pertemukan Prabowo - Puan, Isyarat ke Arah Koalisi 2024
Meski pemilihan presiden baru berlangsung 2024, komunikasi politik di antara para elite terus digalang. Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, didampingi Puan Maharani dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, merupakan isyarat ke arah koalisi tersebut.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman mengatakan kemungkinan koalisi kedua partai tersebut sangat terbuka. Soal kemungkinan koalisi di 2024 sangat terbuka. Apalagi, PDIP dan Gerindra punya sejarah pertemanan yang panjang.
"Pertemuan di Istana Kepresidenan sebagai bentuk silaturahmi yang terus dijaga Prabowo dengan tokoh politik lainnya. Apalagi Gerindra dan PDIP pernah kerja sama pada pemilu tahun 2009 silam," tutur Habiburokhman, dikutip Senin 22 November 2021.
Pertemuan itu diketahui terjadi di sela-sela pelantikan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, Rabu 17 November 2021. Prabowo dan Puan terlibat dalam pertemuan hangat di ruangan VVIP Istana Kepresidenan, Jakarta, diketahui dari foto yang beredar di sejumlah media.
Adanya pertemuan tersebut mengisyaratkan kemungkinan terjadinya koalisi dua partai politik yakni Gerindra dan PDIP.
Ketika ditanya apa pembahasan pertemuan dua petinggi partai politik tersebut, Habiburokhman enggan menyebut secara gamblang.
"Pertemuan tersebut adalah silaturahmi yang amat baik dan selama ini selalu terjaga dengan baik," ujarnya.
Pertemuan di Istana
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan adanya pertemuan tersebut, kata dia pertemuan itu berlangsung di ruang VVIP Istana Kepresidenan secara hangat setelah keduanya bersalam sapa.
"Pada saat saya mendampingi Ibu Megawati saya lihat Pak Prabowo berjalan cepat menuju tempat bu Mega. Lalu saya sampaikan ke Ibu, ada Pak Prabowo. Ibu Mega lalu menunggu, bersalam sapa dengan hangat, dan kemudian masuk ke ruangan VVIP bersama dengan Mas Pramono Anung dan saya dampingi," kata Hasto.
Lebih lanjut Hasto mengungkapkan, dalam pertemuan itu, banyak hal yang didiskusikan antara Prabowo dan Megawati serta Puan Maharani.
Satu di antaranya kata dia, terkait dengan pelaporan Hasto mengenai Kuliah Umum yang disampaikan Prabowo di Universitas Parahyangan.
"Hal ini mengingat Ibu Megawati sebagai guru besar dari Universitas Pertahanan juga menaruh perhatian besar terhadap pertahanan, dan temanya pas dengan momentum pelantikan Panglima TNI dan KASAD," beber Hasto.
Tak hanya itu, Puan Maharani juga terlibat dalam diskusi tersebut yang menurut Hasto menambah kehangatan dalam diskusi tersebut.
Singkatnya kata Hasto, ketiganya mendiskusikan terkait perkembangan politik kebangsaan dan dinamika politik nasional.
"Mbak Puan Ketua DPR RI beberapa saat kemudian bergabung. Dan di situlah pembahasan berlangsung hangat. Tentu saja terkait politik kebangsaan, dan berbagai dinamika politik nasional," ujar Hasto.
Politik dan Membaca Simbol
Juru Bicara Prabowo Subianto Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, pertemuan antara Prabowo, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani harus dimaknai sebagai ajang silaturahmi antar tokoh partai politik.
Menurut dia, pertemuan yang hangat itu menandakan bahwa komunikasi antara PDI-P dan Gerindra selaku partai yang dinaungi Prabowo Subianto tetap terjaga dengan baik.
"Politik kita terlalu banyak membaca memproduksi teks dari simbol-simbol, lalu jadi ramai. Sebenarnya ini hal yang biasa saja. Apalagi Bu Mega dan Mbak Puan, dengan Pak Prabowo komunikasinya selama ini sangat cair dan bahkan ketika berkontestasi silaturahminya tetap baik, dan itu tetap dijaga," kata Dahnil.
Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah ini menuturkan, pertemuan tersebut sejatinya menjadi pembelajaran positif kepada semua pihak.
Pembelajaran itu, kata Dahnil, komunikasi yang terjaga baik meski antara ketiganya sempat berbeda pandangan politik.
"Ini bagian penting dan pembelajaran politik kepada seluruh anak bangsa bahwasanya, politik kita harus tetap guyub, harus tetap berkomunikasi atau tanda kutip kalau kata anak muda sekarang 'sering sering ngopi'," jelas dia.
Menurutnya, sikap politik yang seperti itu, jelas tidak akan memunculkan kesalahpahaman antar partai politik maupun tokoh-tokohnya.
Di sisi lain, ia mengingatkan, kontestasi antar partai politik tetap diperlukan. Hanya saja, Dahnil menilai yang harus diutamakan adalah menjaga silaturahmi.
"Pak Prabowo tetap menjaga komunikasi dan silaturahmi yang baik, pun demikian dengan teman-teman partai dan tokoh tokoh yang lain," kata Dahnil.