Media Selalu Sudutkan Islam, Shamsi Ali Presentasi di Hollywood
Salah satu pemain (aktor) terpenting dalam proses ini adalah media massa. Tentu bukan sesuatu yang mengejutkan. “Dunia kita adalah dunia informasi dan komunikasi. Dan kerenanya media kerap kali menentukan warna dunia. Hitam bisa diputihkan. Dan putih bisa dihitamkan dengan bantuan media.”
Demikian kata Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, ditulis dari New York, 4 Maret 2018, untuk ngopibareng.id. Berikut penuturan Imam Masjid di New York, Amerika Serikat, itu lengkapnya:
Banyak kalangan juga yang ternyata ingin menggunakan media untuk semakin menggali (apa yang dianggap) kuburan Islam itu. Islam ditampilkan sebagai “sumber” segala permasalahan dunia. Kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, pelanggaran HAM dan hak-hak wanita, hingga kepada kekerasan-kekerasan dan terorisme dunia. Di mana ada kekerasan dan teror, di situ Islam berperan. Dan di mana ada Islam, akan timbul kekerasan dan terorisme.
Media massa, termasuk film-film Hollywood, penuh dengan nuansa itu. Di mana ada pemandangan terorisme dalam sebuah film, atau kekerasan kepada minoritas dan wanita, Islam yang yang ditampilkan. Dan jelas pengaruhnya nyata dan luar biasa. Warga Amerika menjadikan media, termasuk film-film itu seolah sumber kebenaran. Sementara kitab-kitab suci hanya bacaan seremonial di rumah-rumah ibadah.
Tapi sekali lagi, Allah membolak balik realita. Berbagai propaganda negatif itu berbalik menjadi positif dengan kuasa Allah.
Beberapa waktu lalu, atas undangan teman saya Russell Simmons, saya memberikan presentasi Islam di Hollywood. Hadir banyak bintang untuk menghormati undangan Russell Simmons, yang lebih dikenal sebagai “hip hop mogul” (raja hip hop). Ternyata sambutannya luar biasa. Mereka berjanji untuk memainkan peranan mereka secara lebih positif dalam membangun imej positif Islam di dunia perfileman.
Dulu di Amerika untuk menampilkan Islam di media massa begitu berat. Mereka tidak peduli dengan agama, apalagi dengan Islam. Yang mereka akan tampilkan adalah hal-hal sensasi yang mudah dijual (sellable) dan meraut keuntungan (profit). Kini media memburu komunitas Muslim ingin mencari tahu sumber-sumber Islam yang sesungguhnya.
Saya sendiri dengan segala keterbatasan kerap menjadi buruan itu. Bahkan media yang sangat kental anti Islamnya, Fox New misalnya, selalu ingin mengundang saya sebagai nara sumber. Hanya saja saya yang membatasi diri karena sadar terkadang media ingin sekedar mencari justifikasi (pembenaran) dari sebuah isu yang disampaikan ke publik.
Tapi intinya adalah Islam menjadi magnet dengan daya tarik tinggi di media massa saat ini. Dan bagi saya hal ini merupakan “blessing in disguise” di tengah terpaan imej negatif itu. Saya justeru ingin media memburu umat ini. Biarkan mereka mengekspos apa dan bagaimana sesungguhnya kehidupan umat ini.
Saya ingin media itu; tv, radio, surat kabar dan majalah, maupun berita online mendatangi rumah-rumah Muslim, kampung Muslim, negara-negara Muslim, dan melaporkan apa dan bagaimana ketika Islam menjadi petunjuk hidup manusia. Dengan Islam itu bagaimana kehidupan pribadi, keluarga, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara umatnya?
Tantangannya kemudian adalah siapkah dan mampukan umat ini menjadi representasi Islam sesungguhnya dengan eksposur media itu? Jangan-jangan kita yang akan menjadi “misrepresentasi” dari Islam yang sesungguhnya. Dan pada akhirnya, seperti kata seorang ulama, Islam tersembunyi oleh prilaku umatnya. Semoga tidak! (adi)
Advertisement