Media Massa Etalase Penerapan Bahasa Indonesia
Media massa menjadi etalase penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tengah-tengah masyarakat. Sisi lain, masih dijumpai media massa yang menggunakan bahasa “ala kadarnya” sehingga gagal berkomunikasi dengan khalayak.
Hal itu diungkapkan Kepala Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT), Mustakim di hadapan sejumlah wartawan di ruang pertemuan Dinas Kominfo Kota Probolinggo, Selasa, 9 Juli 2019. "Masih ada media massa yang belum menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar," ujarnya.
Mustakim pun membeberkan sejumlah contoh, judul-judul tulisan wartawan yang sangat menggelikan. "Ada judul berita di sebuah media, ‘Mentan Siap Menghamili 2 Juta Sapi’,” ujarnya.
Lembaga di bawah Kemendikbud itu juga menemukan berita berjudul, “Mayat Pria Ditemukan Tewas dipinggir kali Ciliwung”. “Berlebihan, sudah disebut ‘mayat’ masih ditambah ‘tewas’,” katanya.
Mustakim juga mengungkapkan contoh judul berita “ke-Inggris-inggrisan” tetapi malah salah. “Ada judul ‘Wife Gratis’ maksudnya ‘Wifi Gratis’. Juga ada media menggunakan istilah ‘kualifaiyet’,” tambahnya.
BBJT tidak sebatas mengritisi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan insan media yang masih belepotan. “Kami juga menyoroti nama sejumlah media di Indonesia tetapi berbahasa Inggris. Ada yang imbuhan ‘times’, ‘news’, ‘post’, dan lain-lain,” ujar Mustakim.
Mustakim mengakui, kosa kota bahasa Indonesia pun terpengaruh dan bahkan menyerap bahasa asing seperti, bahasa Inggris juga bahasa Arab. Pengguna bahasa Indonesia juga sangat dipengaruhi bahasa daerah si pengguna.
Diakui bahasa asing diperlukan untuk urusan-urusan internasional. Bahasa daerah juga menjadi khasanah kebudayaan lokal. “Selama kosa kata itu ada padanannya di bahasa Indonesia, gunakan bahasa Indonesia. Barulah kalau tidak ada padanannya, gunakan bahasa asing seperti kata ‘internet’,” ujarnya.
Kosa kata seperti ‘download’ sudah di-Indonesia-kan menjadi ‘unduh’, ‘websites’ menjadi ‘laman’. “Termasuk istilah ‘incumbent’ sudah ada padanannya, ‘petahana,” katanya.
Penggunaan bahasa Indonesia “ala kadarnya” tidak hanya dimonopoli kalangan media massa. Bahkan lingkungan pendidikan (sekolah) dan birokrasi yang seharusnya menjadi contoh, justru menggunakan bahasa Indonesia yang kurang baik.
“Misalnya ada contoh (brosur, Red.), ‘Warga yang pindah lokasi, meninggal dunia, dan lahir, diminta untuk melapor ke Ketua RT’,” kata Mustakim. Buru-buru ia menambahkan, “Kan aneh, warga meninggal dunia dan baru lahir diminta melapor ke RT.”
Terkait penggunaan bahasa Indonesia, BBJT sedang melalukukan koordinasi pengawasan dan pengendalian di enam daerah di Jatim, termasuk di Kota Probolinggo. “Istilah yang tepat sebenarnya bukan ‘pengawasan dan pengendalian’ tetapi di mata anggaran berbunyi seperti itu. Kami lebih banyak melakukan dialog, mencari masukan dari kalangan insan pers,” kata Mustakim.
Sementara Kepala Diskominfo, Aman Suryaman menyambut baik,langkah BBJT. “Mudah-mudahan selain menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, media menggunakan bahasa yang menyejukkan,” katanya. (isa)
Advertisement