Media Iran Puji Hadi Matar, Pahlawan Berani Tusuk Salman Rushdie
Media garis keras (Ultra-Konservatif) di Iran, Kayhan menyanjung Hadi Matar, penyerang novelis Salman Rushdie. Mereka menyebut pemuda 24 tahun itu sebagai sosok pemberani. Selain itu, mereka juga menyebutnya sebagai pria yang sadar akan kewajibannya. Di mana sosok Salman Rushdie telah diberikan fatwa mati oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, pada 1989 lalu.
“Bravo untuk pria yang pemberani dan juga sadar akan kewajibannya, yang menyerang Salman Rushdie yang murtad dan bejat di New York,” bunyi tulisan surat kabar tersebut, dikutip dari Channel News Asia.
“Biarkan kami mencium tangan dari seseorang yang merusak leher dari musuh Tuhan dengan pisau,” tambah media tersebut.
Hampir semua media Iran menggambarkan Salman Rushdie sebagai sosok yang murtad. Surat kabar milik negara Iran juga mengatakan bahwa “leher iblis telah dipotong dengan pisau cukur”, untuk menggambarkan yang terjadi pada Salman Rushdie.
Pemimpin redaksi Kayhan dipilih sendiri oleh pemimpin tertinggi Iran saat ini, Ali Khamenei. Pada 2019, raksasa media sosial Twitter memutuskan memblokir akun Khamenei. Pemblokiran itu dipicu oleh ucapan Khamenei yang menyebut bahwa fatwa terhadap Rushdie "kuat dan tidak bisa dibatalkan".
Sementara itu media Iran lainnya, Asr, menuliskan kutipan yang sering diucapkan Khamenei. "Panah yang dilepaskan oleh Khomeini suatu hari akan mengenai targetnya."
Surat kabar Vatan Emrooz mengeluarkan berita dengan judul "Pisau pada leher Salman Rushdie. Adapun The Korasan membuat judul berita "Setan dalam perjalanan ke neraka".
Fatwa Bunuh Salman Rushdie
Sementara itu, pihak Iran belum membuat komentar resmi terkait serangan penusukan terhadap Salman Rushdie. Seperti diketahui, Salman Rushdie mendapat kecaman dari dunia Islam setelah novelnya yang berjudul The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan dianggap telah menghina Nabi Muhammad.
Hal itu pun berujung pada fatwa yang memerintahkan agar Salman Rushdie dibunuh, yang dikeluarkan oleh Khomeini.
Rushdie sendiri kemudian memilih bersembunyi dan dilindungi oleh Pemerintah Inggris. Iran sendiri kemudian pada 1998 di bawah presiden reformis Mohammad Khatami, memastikan bahwa fatwa itu tak akan diimplementasikan.
Namun, banyak organisasi dan kelompok di Iran yang diyakini masih mempertahankan fatwa untuk membunuh novelis 75 tahun itu. Yayasan Khordad ke-15 misalnya, menggelar sayembara pembunuhan Salman Rushdie dengan hadiah 2,5 juta dolar AS, pada 1997 silam. Hadiah itu makin besar hingga mencapai 3,3 juta dolar AS pada 2012.