MBS Jadi "Raja" saat Raja Salman Dikabarkan Sakit Demensia
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi telah bersembunyi di sebuah istana gurun selama 482 hari berturut-turut. Pengasingan diri sang raja dikabarkan terkait kesehatannya. Sejak pandemi Covid-19, Raja Salman tinggal di Neom, di kawasan Laut Merah. Pertemuan terakhir Raja Salman dengan pejabat asing berlangsung pada Maret 2020.
Sementara itu, perjalanan terakhir Raja Salman ke luar negeri adalah ke Oman, saat menyampaikan belasungkawa atas kematian Sultan Qaboos pada Januari 2020. Rumor kesehatan yang buruk telah menghantui Raja Salman.
Pria 86 tahun ini dikabarkan menderita pra-demensia, menurut beberapa ahli, dan menjalani operasi kandung empedu pada Juli 2020. Keadaan kesehatannya yang sebenarnya adalah rahasia yang dijaga ketat.
Sementara Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) menunggu untuk naik takhta. Salman menjadi raja pada 2015 setelah kematian saudara tirinya Raja Abdullah. MbS sendiri memulai tur Teluk menjelang KTT beberapa waktu lalu. Ia bertemu dengan kepala negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk.
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), dianggap menjadi 'raja tanpa mahkota' ketika menggantikan posisi sang ayah, Raja Salman. Mulai dari menyapa para pemimpin asing dalam Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerja Sama Teluk yang diselenggarakan di Riyadh, beberapa waktu lalu.
Pengamat dari badan think tank Carnegie Endowment for International Peace, Yasmine Farouk, menganggap pergerakan MbS ini menunjukkan kekuasaan lebih sang putra mahkota.
"Ide bahwa putra mahkota secara de facto penguasa negara, melakukan pertemuan dengan presiden asing dan memimpin KTT, sebelumnya hanya terjadi jika raja-raja Saudi dalam keadaan tidak sehat," ujar Farouk, seperti dikutip AFP.
"Yang sekarang terjadi ada penerimaan dari warga dan media, bahkan yang lebih penting, putra mahkota berperan bahkan ketika Raja Salman sebenarnya dapat memenuhi semua tugasnya," sambung dia.
Gerak-gerik MbS ini dianggap memperjelas perannya setelah didapuk menjadi putra mahkota pada Juni 2017. Setelah itu, peran MbS tak begitu jelas, hingga akhirnya ia bertemu dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, awal Desember lalu.
Pihak Kerajaan Bantah Rumor Raja Salman Sakit
Penasihat pemerintahan Saudi, Ali Shihai, memastikan bahwa raja dalam keadaan baik. "Menurut sumber yang terkonfirmasi, kesehatan raja dalam kesehatan yang bagus, berolahraga setiap hari," ujar Shihabi di akun Twitter.
Menurut Shihabi, Raja Salman tidak suka memakai masker lantaran tak nyaman mengingat usia dia yang sudah menginjak 86 tahun. Raja juga punya kecenderungan ingin berjabat tangan dan menyapa orang dengan hangat.
"Sehingga perlu ekstra hati-hati untuk menjaganya tetap aman dan jauh dari publik," katanya.
Perubahan Aturan di Tangan MbS
Pengamat Timur Tengah yang berbasis di Washington, Hussein Ibish menyebut, MbS memang lebih terlihat dan kuat. Sang putra mahkota melakukan gebrakan di Arab Saudi dengan mengeluarkan sejumlah aturan yang dianggap lebih moderat.
Di sektor sosial, MbS juga melakukan perubahan. Ia mengizinkan perempuan menyetir sendiri, pergi tanpa wali, dan mengizinkan mereka masuk militer. Ia juga mengizinkan turis dan investasi asing masuk ke Arab Saudi sebagai upaya menumbuhkan ekonomi negara. Meski demikian, beberapa negara tak ingin menjalin kesepakatan dengan MbS, terutama karena pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Advertisement