MBI Surabaya Mengenalkan Buddha Lewat Buddhayana Cultural Expo
Buddhayana Cultural Expo yang digelar oleh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Surabaya, berhasil menarik minat 40 ribu pengunjung. Mereka yang hadir dari masyarakat luas tak hanya dari para penganut Buddha.
Acara yang digelar pada 26-30 Juli lalu itu, digelar memperingati Hari Asadha Puja 2023 serta peringatan 100 tahun masuknya agama Buddha di Indonesia.
Usai acara, MBI Kota Surabaya berkomitmen tetap berkontribusi menjaga toleransi di Kota Pahlawan. Ketua MBI Surabaya, Ammri mengatakan, komitmen ini sejalan dengan pesan Wakil Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi yang hadir di acara.
"Pameran yang berbasis edukasi ini, menjunjung toleransi yang memiliki pandangan keberagaman dan kesadaran. Sehingga, perbedaan adalah hal yang biasa. Kami juga mendukung upaya Pemkot dengan mengumpulkan pemuda lintas agama untuk menjaga toleransi," ujarnya saat ditemui Selasa, 1 Agustus 2023.
Di samping menjaga toleransi yang lintas agama, acara tersebut juga sebagai wadah bagi warga Surabaya untuk belajar budaya, khususnya Buddha.
"Misalnya mengenai stigma agama Buddha yang menyembah berhala, menyembah patung. Ini bisa diluruskan. Jangan sampai ada pergesekan, karena budaya dari luar negeri dibawa-bawa ke Indonesia," kata Ammri.
Pihaknya juga menekankan, pameran yang dilakukan selama 5 hari itu menonjolkan agama Buddha di Indonesia yang masih mengakar dari Mojopahit. Akarnya juga masih terus berlanjut di beberapa daerah seperti di Bali.
"Banyak orang kadan menganggap Buddha di Indonesia dipengaruhi budaya luar seperti Thailand, Tibet atau Tiongkok. Padahal yang ada di Indonesia adalah Buddha Nusantara dari leluhur kita dari Sriwijaya sampai Mojopahit," paparnya.
Salah satu yang bisa dilihat pengunjung di pameran tersebut adalah relief sisa pembakaran jenazah. "Masyarakat banyak yang dengan relief yang kami bawa ke pameran. Selain itu, juga ada lima ikon Buddha yang menarik perhatian pengunjung," terang dia.
Sementara itu, Amin Untaryo selaku Ketua Umum umum MBI Pusat, mengapresiasi adanya gelaran acara Buddhayana goes to mal di Surabaya. Acara tersebut, juga sekaligus menghapus stigma di masyarakat bahwa Buddhis mayoritas adalah Chinese.
"Ada dari suku Jawa, Medan dan lainnya dan itu jumlahnya tidak sedikit. Sebenarnya agama Buddha goes to mal ini sudah digelar di Medan dan kini di Surabaya," paparnya.
Amin berharap, acara tersebut bisa terus berlangsung setiap tahunnya dan bisa mengandeng lintas agama lainnya.
"Evaluasi akan kami lalukan, tak menutup kemungkinan bisa berkolaborasi dengan lintas agama lainnya. Itu akan kami bicarakan kedepannya," tandasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanosoedibjo mengatakan, keberagaman dalam beragama akan menjadi pendorong bagi pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Dalam paparannya, Angela mengungkapkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia akan turut berperan dalam menjaga persatuan. Diantaranya dengan menggalakkan wisata religi dan wisata budaya.
"Di Bali, ada wisata religi Hindu. Ini mengajarkan keberagaman. Di Samosir, mayoritas Kristen, ada patung Yesus Kristus. Ini menjadi obyek wisata untuk mendorong keberagaman. Di Jawa Timur, ada tradisi berziarah Wali Songo, wali 5 dari 9 ada di Jawa Timur," terangnya Sabtu, 30 Juli 2023.
Dengan adanya potensi wisata religi di Indonesia, pihaknya siap mendukung mempermudah perizinan event yang dilakukan untuk memperkenalkan wisata tersebut.
Advertisement