Mbah Jasikin, Tukang Jamas Pusaka Ramal Pendemi Covid masih Lama
Mbah Jasikin merupakan salah satu tokoh spiritual di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Usianya lebih dari satu abad. Namun usia tua tak menghalangi Mbah Jasikin menggeluti pekerjaannya sebagai tukang jamas pusaka atau pencuci pusaka dan benda bertuah lainya terutama yang terbuat dari logam.
Nama Mbah Jasikin sudah melegenda dan tidak asing lagi di telinga warga Dusun Petok, Desa Poh Roboh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Pada saat bulan Suro seperti sekarang inim banyak orang yang mencari dan membutuhkan jasanya. Uniknya, Mbah Jasikin sama sekali tidak pernah mematok harga bagi siapa pun yang membutuhkan jasanya. Bahkan, ia rela meski jasanya harus diganti dengan sebungkus rokok.
Ritual Mencuci Keris Pusaka
Mencuci keris pusaka bukan pekerjaan sembarangan. Mbah Jasikin butuh usaha yang kuat, apalagi saat akan mencuci keris pusaka yang dalamnya ada 'tuah' gaibnya. Mbah Jasikin harus puasa dulu sebelum prosesi pencucian dilakukan. Mbah Jasikin harus puasa sehari sebelum ritual pencucian dilakukan. Baru setelah puasa selesai, Mbah Jasikin berani melangkah ke tahap selanjutnya, yakni mencuci keris pusaka.
Setelah ritual puasa selesai, ia berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang diyakininya. Dengan ritual yang dilakukannya tersebut, ia meyakini apabila ada makhluk gaib yang bersemayam di dalam benda pusaka atau pun jimat, tidak akan mencelakainya.
"Namanya ritual jadi harus puasa dulu. Selama ini saya merasa tidak pernah diganggu oleh makhluk gaib mana pun," kata kakek yang sudah memiliki buyut berusia 40 tahun ini, pada Jumat 13 Agustus 2021.
Tangannya bergetar saat memegang keris yang akan dicucinya. Tak lama kemudian sebilah keris dan benda lain yang mungkin jimat diletakkan di wadah khusus. Mbah Jasikin kemudian membersihkan dua barang aji tersebut secara bergantian.
Keris Pusaka "Dimandikan"
Mbah Jasikin membersihkan dua benda keramat tersebut bukan dengan menggunakan sabun. Melainkan dibersihkan dengan kombinasi bahan herbal. Campurannya, ada jeruk limau, mengkudu, daun nanas, merang, kembang sekar telon serta katul.
Ada beragam jenis keris yang mengantre untuk dicuci. Antara lain Keris Pulang Geni, Keris Jangkung, Keris Roso Joyo Mojopahit, Keris Derajat Pangkat dan lainya. Keris-keris ini diyakini memiliki aura supranatural. Bahkan ada benda berbentuk keris yang ukurannya sangat kecil. Sarungnya saja berbentuk Semar.
Ada pula benda bertuah berbentuk cemeti dan senjata trisula berwarna kuning yang antre untuk dimandikan. Benda benda bertuah (jimat) tersebut digunakan diduga untuk segala keperluan pemiliknya.
Fisik Mbak Jasikin masih Sehat
Meski sudah sepuh, sepintas kondisi fisik Mbah Jasikin terlihat sehat. Mbah Jasikin hanya sudah kalah soal pendengaran. Makanya, untuk bisa berbicara dengan Mbah Jasikin harus sedikit 'mbengok' (bersuara kencang). Dia memang sudah rada budheg (tuli).
Karena keahliannya ini, Mbah Jasikin punya banyak 'pelanggan'. Mulai dari Kediri, sampai Kertosono, Nganjuk dan seputar eks Karesidenan Kediri lainnya. Mereka, para pemilik pusaka tersebut rela datang dari jauh-jauhke rumah Mbah Jasikin hanya untuk mencucikan benda pusakanya.
Jika momen Bulan Suro sudah lewat, Mbah Jasikin akan beraktivitas seperti semula. Menggarap sawah miliknya sendiri. Mbah Jasikin meski sudah sepuh memang tak bisa berdiam diri.
Meramal Pandemi Covid-19
Mbah Jasikin sempat mengutarakan keprihatinannya atas musibah yang terjadi di Indonesia dan didunia yang sedang dilanda wabah Covid-19. Dari penerawangan mata batinnya, kemungkinan virus ini akan berakhir agak lama. Meski begitu, ia mengajak masyarakat untuk tetap berdoa bersama sama agar pandemi Covid -19 segera berakhir.
"Jatahe (jatahnya) 5 tahun, tapi pandemi bukan hanya dialami oleh bangsa Indonesia saja melainkan dunia. Masyarakat harus sabar menerima, berdoa bersama sama dengan hati yang bersih meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa," pungkasnya dalam dialek Jawa sambil merapal doa.
Advertisement