Maya Gowes Ultra Distance Multi Days Demi Pencapaian Diri
Pembuktian sebuah pencapaian tidak harus melalui ajang kompetisi. Tetapi dengan mengalahkan diri sendiri, itu adalah pencapaian sejati dan yang sebenarnya.
Hal ini sangat diyakini oleh Maya Anggraeny. Perempuan kelahiran 1985 ini seorang pecinta gowes jarak jauh. Ultra distance. Untuknya, gowes 100 km itu sudah makanan harian.
Maya sudah berulang kali gowes dengan jarak 200 km, 300 km, bahkan 600 km dalam 24 jam! “Saya memang suka gowes turing yang jauh. Bukan main speed. Tapi endurance. Tidak harus ikut even. Gowes sendiripun saya tidak masalah,” tutur pengguna tas Apidura 7 liter untuk saddle bag dan Eiger 1,3 liter di toptube.
Terbaru, Maya mencoba tantangan lagi. Ultra distance multi days. Gowes jarak jauh berhari-hari. Bersama Iqbal Tawakal, yang juga sama-sama pencinta gowes ultra distance, Maya menjadwalkan gowes tiga hari dua malam tanggal 5-7 Mei 2022.
“Totalnya 604 km. masing-masing terbagi 200an km dalam sehari,” jelas Iqbal yang menggunakan sepeda Mosso 730 GVL. Maya dan Iqbal mencari rute menggunakan aplikasi Kamoot dan didapatlah rute menuju timur Pulau Jawa.
Dipilih rute ini karena relatif flat meskipun akhirnya mereka berdua mencari tantangan dengan mencari jalur anti mainstream.
Hari pertama seharusnya dari Surabaya langsung menuju Taman Nasional Baluran dan bermalam sebelum masuk tempat wisata itu. “Total jarak lebih dari 250 km,” tuturnya.
Tetapi ada kendala teknis dari Iqbal, jadi perjalanan agak terhambat di hari pertama. Karena sudah menjelang malam, akhirnya mereka putuskan untuk istirahat di kota Situbondo. Sekitar 200an km dari Surabaya.
Keesokan harinya, mereka masuk ke Taman Nasional Baluran lalu menuju Banyuwangi. Lantas dilanjutkan ke Jember. Dari sini mereka langsung Istirahat. “Hari kedua ini total jaraknya 170an km,” tutur Maya.
Hari ketiga, jiwa petualangan Maya dan Iqbal muncul. Mereka membelokkan sepeda menuju danau Ranu Klakah di Lumajang dulu sebelum pulang Surabaya.
“Saat mau menuju Ranu Klakah ini, Iqbal memberi ide untuk lewat jalur yang tidak biasa. Ada rollingnya. Saya setuju agar tidak bosan,” ujar Maya.
Eh, ternyata rollingnya lumayan ‘pedes’ juga. Nanjaknya tinggi berulang-ulang. “Agak nyesel setelah saya okein,” bilangnya lantas tertawa.
Makan siang di danau Ranu Klakah sangat nikmat. “Ikan mujairnya segar, tidak bau tanah dan dagingnya enak sekali,” puji Iqbal.
Lantas, perjalanan dilanjutkan. Giliran Maya yang iseng. Maya mengajak Iqbal masuk ke jalur gravel yang paralel dengan jalan aspal.
“Kami berdua menggunakan sepeda gravel. Milik Maya pakai ban 28 mm. Milik saya pakai ban 40 mm. Tinggal kempesin sedikit siap deh untuk ng-gravel,” tutur Iqbal.
Lucunya, saat lewat jalan gravel yang kanan kirinya sawah sejauh sekitar 8 km itu, mereka berdua bertemu dengan warga sekitar.
Mereka mengatakan “Ada jalanan yang aspal mulus kok malah pilih jalan makadam seperti ini.” Maya dan Iqbal menjawab “Justru kita mencari jalan rusak, pak!” Sambil tertawa lantas melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah melalui hujan dan panas, mereka finis kembali ke Surabaya jam 20.30 malam.
Pengguna sepeda gravel merek FARA F/GR ini sangat puas. Misinya latihan gowes ultra distance multi days berjalan lancar. “Saya sedang berharap bisa lolos jadi peserta even Bentang Jawa. Inilah target terbesar saya. Bentang Jawa itu harus gowes sejauh 1,500 km dalam enam setengah hari. Jadi saya harus latihan mulai sekarang,” tuturnya.
Selain itu, bila masih diberi kesehatan dan ada kesempatan, Maya juga punya target mengikuti Audax Jogjakarta sejauh 1.200 km di bulan Oktober.
“Jadi saya gowes ultra distance ini memang untuk latihan demi self achievement. Pencapaian saya pribadi. Selalu menaikkan limit diri saya sendiri,” tutup Maya.