Maulid Nabi Menurut Imam Ibnu Hajar, Maulid Harus 12 Rabiul Awal?
Memasuki bulan Maulid atau Rabiul Awal, umat Islam sebagian besar terkonsentrasi perhatiannya pada bulan kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW). Setidaknya, setiap kegiatan akan dikaitkan dengan Peringatan Maulid Nabi SAW itu.
Ada perhatian serius atas masalah ini, Ust Ma'ruf Khozin yang mengulas masalah ini dalam pandangan Imam Ibnu Hajar, serta catatan tentang "Haruskah Maulid pada 12 Rabiul Awal?".
Berikut penjelasan Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur:
Ada akun Salafi yang mengutip Fatwa Ibnu Hajar Al Haitami tentang ketidaksetujuan beliau terhadap mahallul qiyam saat pembacaan Maulid disebarkan seolah pentarjih ulama Syafi'iyah tersebut tidak membolehkan Maulid Nabi. Benarkah demikian?
Tidak betul! Sebab Syekh Ibnu Hajar punya kitab tersendiri tentang amalan Maulid dan beliau menilainya sebagai Bidah Hasanah. Beliau menulis di awal kitabnya Itmam An-Ni'mat Al-Kubra 15-22:
دعاني إلى ذلك اختلاف الناس في أصل عمل المولد
"Perbedaan umat tersebut mengarahkan pada saya untuk menjelaskan tentang dasar amalan Maulid"
اعلم أنه لم ينقل عن أحد من السلف من القرون الثلاثة التي شهد النبي صلى الله عليه وسلم بخيريتها . لكنها بدعة حسنة لما اشتملت عليه من الإحسان الكثير للفقراء، ومن قراءة القرآن، وإكثار الذكر، والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم، وإظهار السرور بمولده والفرح به صلى الله عليه وسلم ... " من "إتمام النعمة الكبرى" (ص 15 - 22).
"Ketahuilah bahwa Maulid Nabi tidak diriwayatkan dari tiga masa kurun terbaik yang disaksikan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam sebagai masa terbaik. Tapi Maulid ini adalah bidah yang baik karena mencakup banyak kebaikan untuk orang fakir, membaca Al-Qur'an, memperbanyak zikir, salawat kepada Nabi, menampakkan kebahagiaan dan keberadaan Nabi"
Melihat keotentikan susunan bahasa Imam Ibnu Hajar kitab tersebut lebih tepat dinisbatkan kepada beliau dari pada kitab An-Ni'mat Al-Kubra yang tidak mencantumkan sanad dalam setiap kutipan dari ulama kalangan Sahabat.
Demikian penjelasan Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur. Semoga bermanfaat!
Maulid Harus 12 Rabiul Awal?
Salafi ini sering kali menebak-nebak sendiri terhadap amalan umat Islam, lalu prasangkanya itulah yang diberi hukum (Strawman Fallacy). Misalnya Salafi selalu beranggapan bahwa Umat Islam yang mengkhususkan Maulid Nabi hanya pada 12 Rabiul Awal, maka hukumnya adalah bidah. Siapa yang mengkhususkan? Kami yang mengamalkan Maulid tidak mengharuskan pada 12 Rabiul Awal saja. Boleh dilakukan sebelumnya atau sesudahnya. Dan ini sudah berlaku lama di Mesir, seperti yang disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar:
- Maulid Malam Pertama Rabiul Awal
وخرج السلطان في رابع ربيع الأول بالعسكر بعد أن عمل المولد النبوي في أول ليلة من ربيع الأول
Sultan keluar di hari keempat Rabiul Awal bersama prajurit setelah melakukan maulid Nabi di awal malam Rabiul Awal (Inba’ Al-Ghumr bi Abna’ Al-Umr, 1/367)
- Maulid 7 Rabiul Awal
وفي يوم الخميس السابع من ربيع الأول عمل المولد النبوي وابتدأوا به من بعد الخدمة، ومد السماط بعد صلاة العصر وفرغ بين العشاءين، وكانت العادة أن يبدأ بعد الظهر ويمد السماط المغرب ويفرغ عند ثلث الليل.
Pada hari Kamis 7 Rabiul Awal dilaksanakan Maulid Nabi. Mereka mengawali setelah kerja dan makanan disajikan setelah Ashar, baru selesai di antara Maghrib dan Isyak. Biasanya Maulid dimulai setelah zuhur, makanan dihidangkan setelah Maghrib dan selesai di sepertiga malam (Inba’ Al-Ghumr bi Abna’ Al-Umr, 2/38)
- Maulid 8 Rabiul Awal
وعمل السلطان المولد في ليلة الجمعة ثامن شهر ربيع الأول.
Sultan mengadakan Maulid di malam ke 8 dari Rabiul Awal (Inba’ Al-Ghumr bi Abna’ Al-Umr, 1/184)
- Maulid 28 Rabiul Awal
وفي ليلة الجمعة الاثمن والعشرين منه عمل المولد النبوي وحضر الامراء والأعيان والقراء على العادة.
Pada malam Jumat 28 Rabiul Awal dilaksanakan Maulid Nabi, dihadiri para pemimpin, para tokoh dan ahli qiraah seperti biasanya (Inba’ Al-Ghumr bi Abna’ Al-Umr, 2/151)
Demikian penjelasan Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur. Semoga bermanfaat!