Maulid Nabi, Berdiri Menyambut Kedatangan Sang Terkasih
Dalam setiap acara Maulid Nabi, akan selalu dibacakan Sirah Nabawiyyah (Sejarah Hidup Nabi Muhammad). Dan ia tidak sekedar bercerita tentang kelahiran Nabi, tetapi juga tentang seluruh kehidupan beliau dari awal hingga wafatnya.
Ini tentu saja dimaksudkan sebagai cara untuk mencintai dan meneladani Nabi. Allah menyatakan :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya pribadi Rasulullah itu adalah keteladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Sudah tak terhitung jumlahnya orang yang telah menulis manusia paripurna ini, baik dalam bentuk narasi prosais atau narasi puitis. Pada upacara Maulid, umumnya orang lebih suka membacanya dalam bentuk puisi atau narasi puitis yang sederhana.
Salah seorang yang acap disebut masyarakat muslim adalah Syeikh Al-Barzanji, seorang ulama bermazhab Maliki. Ia menulis sirah Nabi dalam puisi-puisi yang indah dan memesona.
Adalah menarik. Dalam banyak komunitas Muslim di sejumlah negara, manakala mereka bercerita tentang hari kelahiran Nabi, puisi-puisi karya Syeikh al Barzanji dibacakan sambil berdiri. Ini memperlihatkan sebuah ekspresi kegembiraan yang melambangkan penghormatan terhadap orang besar nan mulia, kekasih Allah itu.
Beliau SAW dibayangkan datang dan hadir di tengah-tengah ke dunia.
Salah satu puisi yang paling populer untuk itu berbunyi :
يا ﻧﺒﻲ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ
ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﺻﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu,
Wahai Rasul, utusan Tuhan
Salam sejahtera untukmu.
Duhai kekasih, salamku untukmu
Semoga kasih Allah terlimpah ruah untukmu
ﺃﺷﺮﻕ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﻋﻠﻴﻨﺎ ، ﻓﺎﺧﺘﻔﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺒﺪﻭﺭ
ﻣﺜﻞ ﺣﺴﻨﻚ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ، ﻗﻂ ﻳﺎ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ
Sang Purnama telah terbit menyinari kami,
Redup redamlah purnama purnama lainnya.
Keindahan sepertimu
Tak pernah aku lihat
Wahai orang yang berwajah riang.
ﺃﻧﺖ ﺷﻤﺲ ﺃﻧﺖ ﺑﺪﺭ ، ﺃﻧﺖ ﻧﻮﺭ ﻓﻮﻕ ﻧﻮﺭ
ﺃﻧﺖ ﺇﮐﺴﻴﺮ ﻭﻏﺎﻟﻲ ، ﺃﻧﺖ ﻣﺼﺒﺎﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ
Engkau bagai matahari,
Engkau bagai bulan purnama,
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau bagai permata indah berkilau
Engkau pelita hatiku
Orang-orang yang tak paham sastra dan kehilangan ekspresi dan kreatifitas seni budaya akan menganggapnya aneh atau bahkan salah dan satu bentuk kesesatan.
Rindu Rasul.
Taufik Ismail, penyair terkemuka Indonesia, menulis syair amat elok, menghunjam dan menggetarkan kalbu, tentang Nabi Muhammad saw. Ia menulisnya untuk group musik Bimbo yang kemudian mendendangkannya dengan penuh rindu dan menderu-deru:
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suwarga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja
Demikian ulasan KH Husein Muhammad. Renungan ini ditulis pada saat jalan menuju pulang dari UIN Salatiga. 21.09.23.
Advertisement