Mau Kemana… Argopura yuk. Gladiol Liar dan Savana Sikasur Menunggu Kerling Manis Mata Sampeyan Â
Besok hari Sabtu. Sabtunya bertanggal 17 Maret 2018. Di kalender, tanggal 17 itu, diblok dengan warna merah menyala. Artinya, Sabtu besok itu adalah hari libur Nasional. Ada Perayaan Nyepi disana. Untuk saudara kita umat Hindu; Selamat Hari Raya Nyepi.
Tanggal merah selalu disambut gembira. Sebagian orang malah menyambutnya dengan gempita. Kalau anak-anak usia sekolah pasti sambutannya adalah euforia. Apalagi kalau tanggal merah itu jejer dengan hari Minggu. Artinya, libur pun menjadi tambah panjang.
Andaikan libur panjang seperti itu cukup punya tabungan maka liburan pun akan jadi lebih menyenangkan. Sebaliknya, andai tidak punya simpanan cukup untuk bujeting bepergian, liburan panjang seperti ini malah hanya menjadikan demam.
Long weekend Sabtu besok kemanakah? Sudah punya agenda? Bepergian jauh apa dekat? Sudah berhitung ulang dengan segala macam tetek-bengek bujeting pengeluaran? Aihhh silakan dipikirkan sendiri. Pokonya jangan sampai cari utangan hanya untuk sekadar liburan, bisa pusing tujuh hari tujuh malam lho.
Sudah pernah naik gunung? Long weekend naik gunung oke juga lho untuk dijajal. Malah boleh dibilang bisa menghemat bujet. Andaikan mau menjajal andrenalin atau sedikit berpetualang dengan alam, bolehlah mencoba yang namanya Savana Sikasur. Sebuah savana yang terletak di Suaka Margasatwa Dataran tinggi Yang. Dimana itu? Persisnya di Gunung Argopuro!
Samsul Maarif, Bakti Rimbawan di KPHK Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang, menyebut, andai Anda belum pernah mendengar Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang, itu artinya Anda kurang jauh mainnya.
Kata Samsul, para pendaki Gunung Argopuro sering menyebut savana ini dengan nama Cikasur. Padahal, sebenarnya, menyebutnya yang benar adalah Sikasur. Hanya beda satu huruf saja sebenarnya, namun sesungguhnya memiliki perbedaan arti yang jauh. “Sejauh urutan huruf C dan S, jauh bukan?” canda Samsul Maarif.
Kata dia, kalau Anda mendaki Argopura saat ini, pasti tidak merugi. Timingnya pas, bahwa saat ini Gladiol liar sedang bermekaran indah di savanna itu. Gladiol ini bermekaran di ketinggian 2.200 mdpl. Indahnyaaaa bukan main. Bermekaran tanpa batas di savana yang luasnya tak kurang dari 70 hektar.
“Mari bicara sedikit pengetahuan tentang Bunga Gladiol,” Kata Samsul. Bunga indah ini berasal dari bahasa latin; Gladius. Artinya adalah pedang kecil. Senyatanya persepsi pedang kecil ini seperti bentuk daunnya.
Bunga ini aslinya berasal dari Afrika Selatan. Dari negeri yang jauh itu kemudian menyebar di Asia. Penyebaran terjadi sejak 2000 tahun lalu. Gladiol merupakan tanaman bunga hias semusim yang berbentuk herba dan masuk ke dalam famili Iridaceae.
Menurut hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol. Diantaranya Gladiolus gandavensis, Gladiolus primulinus, Gladiolus ramosus, dan Gladiolus nanus. Nama-nama ini juga terdokumentasi dalam wikipedia.org.
Di Sikasur, Bunga Gladiol, dapat dijumpai di sekitar jalur pendakian Argopura. Di daerah terbuka dengan matahari penuh dan semak-semak yang berada di sekitarnya. Beberapa Gladiol dapat dijumpai dekat mata air sungai kolbu.
“Ciri-ciri bunga Galadiol yang dijumpai di Sikasur yakni berbatang herbaceous. Berbentuk bulat (teres) dengan permukaan yang rata (laevis) dan berwarna hijau. Ada hijau kekuningan, merah, serta merah ungu. Arah tumbuhnya tegak lurus (erectus), dengan pola percabangan monopodial. Daunnya terdiri dari pelepah daun dan helaian daun, bangun daun berbentuk garis, ujung daun runcing (acutus), duduk daun berseling bergantian (folia disticha),” kata Samsul Maarif.
Berdasarkan ciri-ciri bunga gladiol yang dijumpai di Sikasur, beberapa jenis yang mirip diantaranya yaitu Gladiolus dalenii, Gladiolus oppositiflorus, dan persilangan keduanya yaitu Gladiolus gandavensis.
Bunga liar ini mekar saat musim hujan. Sekitar bulan Januari hingga April. Gladiol pasti terlihat mencolok diantara rerumputan hijau di sekitar Sikasur. Kemungkinan besar bunga ini ditanam sebagai tanaman hias pada zaman Kolonial Belanda di sekitar bangunan yang berada di Sikasur.
Jadi, jangan bengong dong, jangan hanya baca tulisan ini, dan tunggu apalagi? Cap cuss yuk dengan salah satu Pesona Indonesia ini. Tapi jangan lupa, siapkan peralatan mendaki, siapkan perbekalan, fisik, dan jangan lupa kamera. Sebab, sebuah negara tidak akan pernah kekurangan seorang pemimpin apabila anak mudanya sering bertualang di hutan, gunung, dan lautan. Uhuiii begitu kira-kira kata Henry Dunant. (*)