Mau Jatim Rukun, Gus Ipul Tawarkan Sholawatan dan Wayangan
Suara rakyat itu lebih dekat kepada kebenaran. Karena itu, untuk mencari kebenaran maka para pemimpin harus berusaha menyelam ke kedalaman hati rakyat. Sebab, selain karena ketulusan, rakyat menyampaikan kebenaran dengan kejujuran.
Itu antara lain kesan dan pelajaran yang disampailan Wakil Gubernur Jawa Timur H Saifullah Yusuf, Minggu 4 Februari 2018 dari beberapa kali aktivitasnya menghadiri acara wayangan. Gus Ipul--sapaan Saifullah Yusuf, menyampaikan itu saat bertatap muka dengan tak kurang 48 dalang lokal di Ponorogo.
Gus Ipul menjelaskan, sepanjang mendampingi Pak De Karwo sebagai Wagub, pemerintah propinsi telah membuka peluang yang luas bagi tumbuh kembangnya kesenian dan kebudayaan. Khususnya, demikian Gus Ipul, dalam pengembangan seni tradisi di tengah-tengah masyarakat.
Pembangunan kebudayaan, kata calon gubernur Jatim yang berpasangan dengan Puti Guntur Soekarno ini, merupakan proses tak terpisahkan dari pembangunan manusia secara utuh. "Program-program budaya dan seni tradisi jadi pembangunan tak terpisahkan. Jiwanya dibangun raganya dibangun," katanya.
Sebab, lanjut mantan Menneg Pembangunan Daerah Tertinggal ini, pembangunan manusia harus berujung pada pembentukan akhlak yang mulia. Pembagunan yang mengabaikan pendidikan moral dan akhlak, katanya, akan menyebabkan rusaknya bangsa.
"Bapak Bangsa kita, Bung Karno dikenal sebagai tokoh yang sangat mengagumi dan menjaga nilai-nilai luhur yang biasa diajarkan lewat pewayanga. Bahkan saat beliau ditahan Belanda di Bandung, minta ke Belanda agar diperkenankan wayangan," jelas Gus Ipul.
Kecintaan Bung Karno akan seni tradisi, lanjut mantan Ketua Umum PP GP Ansor, dapat dilihat dari konsep Trisakti. Salah satunya, demikian Gus Ipul, adalah berkepribadian dalam kebudayaan sehingga bangsa Indonesia dapat tetap menjaga jati dirinya.
Salah satu seni budaya itu, lanjut Gus Ipul, adalah wayang. Seni ini, kata Gus Ipul, harus terus dijaga keberadaannya dan dikembangkan. Sebab, katanya, wayangan dapat membantu menjaga persatuan dan kesatuan di tengah-tengah masyarakat.
Wayangan, katanya, biasa tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat bawah sebagaimana berkembangnya kegiatan shalawatan. "Jadi kalau kita mau menjaga persatuan dan kesatuan, salah satu caranya dengan wayangan dan shalawatan," katanya.
Namun begitu, Gus Ipul menyadari bahwa memang belum banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu tetap terjaganya tradisi pewayangan ini. Ia berjanji, kalau masyarakat Jatim memberinya amanah, akan menaikkan anggaran pengembangan wayang di masa yang akan datang.
"Sebab yang ditanggap pemerintah paling banyak hanya 100 kali pementasan. Padahal di Jatim banyak dalang. Tapi justeru banyak juga dalang Jawa Tengah yang malah mentas di beberapa daerah di Jatim. Di tengah kita bermunculan dalang-dalang cilik. Contoh di Gresik," kata Gus Ipul mencontohkan. (wah)