'Mati Suri' ala Avengers: Endgame
Jentikan jari Thanos, yang berhasil menguasai enam batu terkuat di jagat raya (infinity stones), membuat para jagoan Avengers yang tersisa masih terpukul dengan rasa kehilangan masing-masing. Kehilangan teman, kehilangan keluarga.
Semesta pun dalam 'kegelapan'. Kekalahan besar dalam pertarungan melawan Thanos dan sekutunya sangat membekas. Ditambah lagi, Tony Stark, si Iron Man, terombang-ambing bersama kapalnya di luar angkasa. Ia hanya bisa menghitung. Pasalnya, persediaan oksigen menipis.
Di bumi, para superhero yang tersisa hanya bisa meratapi kepergiaan orang-orang tercintanya. Mereka bahkan tak punya daya untuk mencari Thanos yang membawa kabur infinity stone.
Bukankah kita kerap diajarkan untuk tidak mudah menyerah? Begitu pun para superhero karangan Marvel ini. Harapan itu hadir lima tahun kemudian. Saat Scott Lang, si manusia semut (Ant Man), tiba-tiba muncul di pintu gerbang markas Avengers.
Para superhero yang tersisa pun menggagas rencana besar, apapun yang harus dilakukan kali ini, mereka tak peduli bagaimana akhirnya.
Layaknya pertandingan sepakbola yang menyajikan 'tandang dan kandang'. Avengers: Endgame menyuguhkan pertarungan yang tak kalah dahsyat dari Infinity War. Apakah Endgame ini benar-benar jadi akhir?
Sekedar bernostalgia, kehadiran pahlawan Marvel dimulai dari Iron Man pada 2008 hingga The Avengers pada 2012. Fase berikutnya, Iron Man 3 (2013) yang berakhir di Ant-Man (2015). Sedangkan fase ketiga, diawali Captain America: Civil War (2016), lalu secara dadakan muncul superhero wanita Captain Marvel pada Maret lalu sebagai jembatan ke Avengers: Endgame. Fase ini disebut akan ditutup oleh Spider-Man: Far From Home yang direncanakan bakal tayang Juli mendatang.
Langkah sutradara Anthony dan Joe Russo dan penulis Christopher Markus dan Stephen McFeely patut diacungi jempol. Mereka sukses menyatukan semua jagoan dalam satu layar, menjadi inti dari perjalanan para lakon dalam semesta Marvel. (yas)