Mati Sebelum Pulang, Renungan Tokoh Sufi
Maulana Jalaluddin Rumi adalah tokoh idola banyak orang pencari kebenaran hakiki, khususnya pemahaman esoteris dalam Islam.
Sufi Agung yang menuangkan gagasan dan pengalaman spiritual dalam bentuk puisi dan aforisme kesadaran spiritualnya sangat diminati di Indonesia.
Terkadang ia menyampaikan pesan dengan logika yang tak mudah dipahami awam. Tapi, begitulah kekhasan seorang sufi, memainkan logika dengan kecerdasan spiritual yang khas pula.
KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar-el Tauhid Arjawinangun, Cirebon di antara ulama pesantren yang menyukai pesan-pesan Sufi Agung ini:
Aku selalu saja berhasrat menyampaikan kata-kata Syams Tabrizi, seorang sufi besar, guru besar Maulana Jalaluddin al-Rumi. Ia memberikan saran penting kepada kita semua:
ليس من المتأخر مطلقًا أن تسأل نفسك، هل أنا مستعد لتغيير الحياة التي أحياها؟ هل أنا مستعد لتغيير نفسي من الداخل؟ وحتى ولو كان قد تبقى من حياتك يوم واحد يشبه اليوم الذي سبقه، ففي كل لحظة ومع كل نفس جديد، يجب على المرء أن يتجدد ويتجدد ثانية. ولا توجد إلا وسيلة واحدة حتى يولد المرء في حياة جديدة وهي أن يموت قبل الموت.
"Sama sekali, tak ada kata terlambat untuk bertanya pada diri, “Apakah aku siap untuk mengubah hidup yang aku jalani saat ini? Apakah aku siap untuk mengubah diriku?”, bahkan meski hidupmu hanya tinggal satu hari. Pada setiap detik dan setiap embusan nafas, seseorang hendaknya memperbarui dan memperbarui lagi. Hanya ada satu cara untuk lahir ke sebuah kehidupan baru: mati sebelum kematian".
Seorang santri bertanya: Apakah makna "موتوا قبل ان تموتوا", matilah kalian sebelum kalian mati.? Aku bilang :ۢkuburkan hasrat-hasrat rendahmu, sebelum kau pulang untuk tak kembali.
Advertisement