Mata Merah Korban Kanjuruhan Akibat Zat Kimia Gas Air Mata
Mata merah yang dialami sejumlah korban tragedi Kanjuruhan disebabkan iritasi paparan gas air mata. Hal itu disampaikan dokter Syaifullah Asmiragani di Rumah Sakit Dr Saiful Anwar Malang.
"Itu karena trauma kimia dari gas air mata. Yang mengalami ini cukup banyak," kata dokter Saifullah pada jurnalis di RSSA, Selasa 11 Oktober 2022.
Di RSSA sendiri ada empat pasien yang mengalami mata merah akibat terpapar zat kimia dalam gas air mata ketika berada di Stadion Kanjuruhan. Empat pasien itu semuanya dirawat di ruang perawatan intensif.
Dokter yang juga Wakil Direktur di RSSA itu melanjutkan, jika pemulihan mata merah bisa memakan waktu selama dua hingga tiga minggu. "Perawatan dan pemulihan bisa memakan waktu selama dua hingga tiga minggu," katanya.
Sebagian besar pasien yang dipulangkan menurutnya telah mengalami kondisi perbaikan pada matanya. Pihak RSSA telah memberikan perawatan berupa berobat jalan untuk mempercepat kesembuhan dari dampak gas air mata. "Kontrol rutin, rawat jalan. Kami beri obat," lanjutnya.
Menurutnya iritasi gas air mata dalam jangka panjang berupa mata memerah saja. Berdasarkan diskusi dengan dokter spesialis mata, efek jangka panjangnya tidak sampai menyebabkan kebutaan. "Sampai sekarang tak ada keluhan sampai tak bisa melihat. Efek jangka panjangnya ya mata merah karena gas air mata itu," jelasnya.
Diketahui, berdasarkan temuan dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) bentukan Kemenko Polhukam, ditemukan gejala mata merah dari korban tragedi Kanjuruhan hingga dua pekan setelah Sabtu, 1 Oktober 2022. Mata merah itu menurut TGIPF disebabkan paparan dari gas air mata yang diletupkan aparat kepolisian di Stadion Kanjuruhan.