Masyarakat Surabaya Perlu Tahu, Ini Peran Australia dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Masyarakat Kota Surabaya patut berterima kasih. Pasalnya, mulai kemarin hingga tanggal 6 Desember 2024 mendatang, Konsulat Jenderal Australia menyelenggarakan pameran “Two Nations: a Friendship is Born” yang berlangsung di Museum De Javasche Bank, Kawasan Kota Lama Surabaya.
Hadirnya galeri tersebut terkesan spesial. Pasalnya, masyarakat Kota Pahlawan dapat belajar dan mengetahui mengenai perjalanan sejarah hubungan diplomatik Indonesia dan Australia, yang telah berjalan selama 75 tahun lamanya.
Di lantai dua gedung yang dahulunya adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia tersebut, kita bisa melihat jejeran sejarah dukungan negeri Kangguru untuk kemerdekaan Indonesia melalui foto, surat, laporan berita hingga kenangan lainnya yang dipajang sedemikian rupa bagi masyarakat Kota Pahlawan.
Arsip-arsip yang ditampilkan tersebut sangat jelas untuk menceritakan bagaimana hubungan yang ternyata erat antara Indonesia dan Australia di masa revolusi fisik dalam upaya pemerintahan Sukarno-Hatta mempertahankan panji-panji kemerdekaan dari gempuran agresi dari pasukan bersenjata Kerajaan Belanda yang ternyata memiliki hasrat untuk kembali menguasai Nusantara.
Konjen Australia di Surabaya Glen Askew menjelaskan, tali sejarah hubungan diplomatik selama 75 tahun yang terjalin antara Indonesia dengan Australia sudah berlangsung jauh sebelum kedua negara tersebut merdeka.
Dengan bahasa Indonesia yang jelas, Glen menjelaskan, maskapai penerbangan ternama milik Australia, yakni QANTAS, tercatat pernah melakukan penerbangan antar negara pertama pada tahun 1935.
Adapun QANTAS dikenal sebagai maskapai yang menempuh ‘jalur kangguru’ karena penerbangan antar kota yang cukup pendek. Penerbangan internasional QANTAS pertama ternyata pernah singgah di Surabaya, dalam perjalanan menuju Singapura.
“Minggu lalu, saya juga berkesempatan mengunjungi Asrama Inggris-an di Banyuwangi, dimana pada sekitar tahun 1870 adalah stasiun kabel telegraf bawah laut yang menjadi penghubung komunikasi antara Australia dengan Asia dan juga Eropa serta merupakan jalur kabel bawah laut pertama di Indonesia, yang menghubungkan Kota Darwin ke Banyuwangi,” ucapnya.
Hubungan erat antara Indonesia dan Australia kemudian nyata terjalin pada masa awal Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Glen menerangkan, Australia adalah salah satu negara selain negara-negara jazirah Arab dan India yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
"Presiden Soekarno pun lalu memilih Australia untuk menjadi perwakilan Indonesia dalam perundingan-perundingan yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia," ucapnya.
Sokongan yang nyata dari masyarakat Australia terhadap kemerdekaan Indonesia juga nampak. Contohnya dalam peristiwa blokade ‘Armada Hitam’ yang terjadi pada Oktober 1945 terhadap kapal-kapal berbendera merah-putih-biru.
Para pekerja Australia yang berada di galangan-galangan kapal sukarela untuk ikut membantu gerakan kemerdekaan Indonesia bersama para pekerja-pekerja Indonesia yang ikut bekerja di pelabuhan.
"Bahwa di Australia sendiri, terdapat aksi boikot yang dilakukan oleh pekerja dermaga terhadap kapal-kapal Belanda yang berada di pelabuhan Australia. Hal itu sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia," paparnya.
Glen berharap, hadirnya pameran sejarah tersebut diharapkan dapat membuka mata masyarakat awam yang masih buta mengenai peran Australia terhadap mempertahankan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.
"Saya mau masyarakat Surabaya tahu ada peran yang sangat besar pemerintah Australia maupun masyarakat Australia tentang kemerdekaan Indonesia, ada orang biasa yang terlibat, ada orang Indonesia yang menikahi orang Australia, kembali ke Jogjakarta, dan melibatkan diri dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jadi ada peran yang sangat besar dan mudah-mudahan masyarakat Surabaya bisa melihat ini semua secara langsung," ungkapnya.
Sementara itu, Pjs Walikota Surabaya Restu Novi Widiani menegaskan, dirinya tidak menginginkan bahwa pameran sejarah tersebut menjadi sekadar pameran, tapi juga dapat menjadi refleksi bagi hubungan antara masyarakat Indonesia dan Australia di masa sekarang.
"Saya juga mengajak generasi muda untuk bisa menyaksikan sejarah-sejarah yang berjalan selama 75 tahun dan semoga mereka juga bisa mengimplementasikan hubungan baik ini di masa-masa yang akan datang," paparnya.
Pameran “Two Nations: a Friendship is Born” juga diselenggarakan di beberapa daerah lain di Indonesia, seperti di antaranya Jakarta dan Makassar. Setelah dari Kota Surabaya, selanjutnya pameran ini dijadwalkan akan digelar di Yogyakarta, dimana Yogyakarta pernah menjadi ibukota RI pada masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.