Nyawa Tak Dihargai, Ada yang Tak Beres dengan Masyarakat Kita
Pengamat sosial Universitas Indonesia, Imam Prasofjo mengatakan, tiga kasus pembunuhan sadis di Bekasi, Bogor dan Jakarta dalam satu pekan terakhir, merupakan kejadian luar biasa. Ada yang tidak beres di masyarakat sehingga nyawa manusia menjadi tidak ada harganya.
"Gara gara persoalan sepele, satu keluarga di Bekasi dihabisi oleh saudaranya sendiri,"kata Imam Prosodjo kepada ngopibareng.id, Senin 21 November 2018.
Belum selesai membicarakan pembunuhan terhadap korban, Diterum Nainggolan beserta istri dan dua orang anaknya, Minggu pagi 18 April 2018 di Bogor digegerkan dengan penemuan mayat seorang laki laki dalam tong sampah.
Korban diketahui sebagai tenaga freelance TV Muhammadiyah yang pernah berkecimpung di bidang jurnalistik. Korban dikenal bernama Abdullah Fithri Setiawan alias Dufi.
Dalam waktu yang bersamaan masyarakat Jakarta digemparkan lagi dengan ditemukannya mayat seorang perempuan di dalam lemari di sebuah rumah kos di daerah Mampang Jakarta Selatan.
Korban adalah pemandu lagu di karaoke di Jakarta Selatan, bernama Ciktuti Iin Puspita. Dia dibunuh oleh teman kosnya sendiri, karena tidak boleh menginap di tempat kosnya.
Imam Prasojo, memberi acungan jempol untuk aparat kepolisian yang bergerak cepat dan berhasil meringkus pelaku pembunuhan di tiga lokasi yang berbeda. Kasus ini perhatian publik dalam satu pekan terakhir.
Menurut Imam, meskipun pelaku sudah ditangkap, persoalannya tidak boleh dianggap selesai.
"Harus dipelajari juga, mengapa baku bunuh, sekarang mudah terjadi , tanpa rasa takut," ujar dia.
Pemuka agama, ulama, pastor, pendeta dan biksu tidak kurang kurang menyampaikan seruan moral, agar hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Menjauhkan diri dari kekerasan.
"Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hanya persoalan kecil, nyawa melayang," kata sosiolog UI ini. (asm)