Masuki Bediding, Perilaku Masyarakat Kota Malang Berubah
Memasuki akhir bulan ini, suhu di Kota Malang cenderung dingin. Hal ini juga mengubah perilaku masyarakat setempat.
Seperti yang diungkapkan salah satu warga, Lowokwaru, Kota Malang, Amanda Egatya Talitha.
"Karena sudah masuk musim dingin kadang kalau tidur saya memakai selimut double dan kaos kaki," katanya, Senin 27 Juli 2020.
Untuk mengusir hawa dingin tersebut, Amanda mengaku lebih banyak melakukan aktivitas dari biasanya. "Seperti bersih-bersih rumah, masak. Yang penting bisa berkeringat," ujarnya.
Jika malam hari, biasanya Amanda rajin mengkonsumsi minuman hangat seperti teh hangat dan minuman rempah-rempah. "Yang penting bisa menghangatkan tubuh saja," katanya.
Lucky Aditya, warga Kota Malang lainnya, menyatakan jika sebelum pandemi covid-19, malam hari di musim dingin banyak dihabiskan untuk bermain di luar rumah. Tapi, kali ini ia lebih memilih berdiam diri di rumah.
"Kalau malam tidak keluar buat nongkrong-nongkrong lagi. Lebih enak berdiam diri di rumah bersama keluarga," katanya.
Lucky menambahkan, pagi hari ia rajin berjemur dan mandi dengan air hangat. "Kalau berangkat kerja ya pakai mantel yang lebih tebal dari biasanya," ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, menyatakan bahwa pada akhir Juli 2020 ini kawasan Malang Raya sudah masuki musim dingin.
"Kalau saat ini rata-rata suhu 14 derajat celcius. Masuk Agustus 2020, bisa di bawah 14 derajat celcius," kata Kepala Sub Bagian Observasi dan Informasi, Anang Suprayitno.
Lanjutnya, suhu tersebut masih dalam batas wajar dan belum termasuk dalam kategori ekstrim. "Kita pernah mengalami suhu terdingin 11,3 derajat celcius pada 1994," katanya.
Adapun penyebab suhu dingin di Malang, kata Anung, dikarenakan oleh angin monsun timur dari Australia yang berhembus ke Indonesia membawa udara yang dingin dan kering.
"Seiring musim kemarau kan ada angin timur berasal dari benua Australia," katanya.