Masuk 100 Tokoh Dunia, Sinta Nuriyah Harumkan Indonesia
Hj Sinta Nuriyah, masuk 100 Tokoh Dunia yang paling berpengaruh tahun 2018 versi Majalah TIME. Dalam 100 tokoh Majalah Time itu, selain Ibu Nyai Sinta Nuriyah ada banyak tokoh lainnya, seperti Xi Jinping, Oprah Winfrey, Trevor Noah, dan lain-lain.
Isteri Presiden KH Abdurrahman Wahid, menjadi satu-satunya tokoh Indonesia yang masuk daftar Majalah Time 100, tahun ini. Tokoh Indonesia lainnya yang pernah masuk dalam Time 100 antara lain Presiden Joko Widodo pada 2015 dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009.
Mona Eltahawy, jurnalis dan penulis prolifik asal Mesir yang juga sudah menjadi warga negara Amerika Serikat menulis profile singkat tentang sosok Ibu Sinta Nuriyah. Yang menarik perhatian dunia dari sosok Ibu Nyai Sinta Nuriyah, menurut Eltahawy, yaitu komitmennya terhadap menjaga keragaman.
Sahur keliling yang kerap dilakukan oleh Ibu Nyai Sinta Nuriyah selama bulan Ramadhan telah menarik perhatian dunia. Salah satunya adalah sahur keliling yang digelar di gereja Katolik Jawa Tengah, yang dihadiri oleh umat agama Hindu, Budha, Konghucu, dan Protestan. Ibu Nyai Sinta menggambarkan keragaman agama di Indonesia seperti taman bunga.
“Ada banyak bunga di dalam taman: melati, anggrek, ashoka dan lain-lain. Semua bunga itu indah. Tidak ada yang bisa memaksakan semua bunga hanya akan menjadi melati, anggrek atau ashoka”, ujar pejuang hak-hak kaum perempuan itu.
Apa yang dilakukan Ibu Nyai Sinta Nuriyah tidak berjalan mulus. Ia kerap menghadapi tantangan, terutama dari kelompok garis keras. Tapi melalui penguasaannya terhadap Syariat Islam dan hak-hak kaum perempuan, ia terus membela hak-hak kaum minoritas yang tertindas. Ia tidak ciut sedikitpun menghadapi ancaman dari garis keras.
“Pengalaman Ibu Nyai Sinta Nuriyah memberikan narasi yang luas, menarik, dan kompleks dalam memperjuangkan hak-hak kaum minoritas”, tulis Mona Eltahawy.
Zuhairi Misrawi, tokoh muda Nahdlatul Ulama, menyatakan Ibu Nyai Sinta Nuriyah layak mendapatkan penghargaan tertinggi dari Majalah Time karena ia menjadi teladan bagi kaum perempuan dan para aktivis NU dalam menjaga keragaman di Tanah Air.
“Ibu Nyai Sinta Nuriyah adalah panutan kami kaum muda NU agar terus menjaga akal sehat dan keragaman di negeri ini. Kita semua belajar tentang moral keberanian, kearifan, dan pembelaan pada kaum minoritas”, ujarnya.
11 Perempuan Berpengaruh Dunia versi New York Times
Sinta Nuriyah pun pada 2017 masuk ke dalam daftar 11 perempuan berpengaruh di dunia versi New York Times. Dia dianggap konsisten menyerukan Islam yang toleran sekaligus seorang feminis dalam ajaran tersebut. Semangat ini pula yang ditunjukkan Gus Dur saat masih menjabat sebagai presiden.
Seakan tak kehilangan 'jiwa dan semangat' Gus Dur, Sinta pun masih diperhitungkan di kalangan kelompok minoritas.
Mengutip Times, Sinta sempat didatangi satu kelompok transgender yang ingin membuka kembali pesantren karena ditutup organisasi Islam garis keras. Organisasi menutup pesantren itu di tengah memburuknya perlakuan terhadap kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender).
"Semua orang punya hak untuk menyembah Tuhan, tak hanya segelintir orang. Itu adalah ajaran Islam," kata Sinta dikutip dari Times pada April 2017.
Sinta juga bersikap ketika sebagian warga ramai-ramai ‘membenci’ Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama oleh bekas gubernur DKI Jakarta itu terkait dengan pengutipan Al Maidah.
Di tengah situasi panas tersebut, Sinta justru menyatakan Ahok berani mengambil posisi di antara kelompok dominan.
Tak hanya itu, selama 16 tahun terakhir ia bersafari tiap Ramadan tiba. Sinta mengadakan buka puasa bersama di berbagai kota di Indonesia untuk menumbuhkan rasa toleransi.
Perjuangan untuk Perempuan
Di sisi lain, Sinta juga memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Dalam satu talkshow ia menyatakan bahwa dirinya menolak poligami. Hal tersebut diungkapkan, setelah dirinya mendengar soal seorang pria yang dikabarkan bisa adil terhadap 12 istrinya.
"Siapa yang bisa adil pada banyak istri? Tidak ada!" tegasnya.
Selain Sinta, terdapat perempuan lain yang punya kisah perjuangan yang berbeda, namun memiliki pengaruhnya masing-masing kepada sekitar.
Para perempuan itu antara lain adalah Manal al-Sharif seorang aktivis hak perempuan di Arab Saudi; Emma Morano, orang tertua di dunia yang hidup selama 117 tahun; Margot Wallstrom, Menteri Luar Negeri Swedia; Henda Ayari, aktivis sekaligus penggiat kampanye #MeToo, dan Asli Erdogan, seorang novelis. (adi)