Mastic 2018, Wujud Peduli ITS di Bidang Keselamatan Maritim
Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTK ITS) Surabaya bersama Pusat Unggulan Iptek Keselamatan Kapal (PUI Kekal) ITS menggelar Maritime Safety International Conference (Mastic) 2018 pada Senin 9 Juli 2018 di Bintang Bali Resort, Kuta, Bali.
Mastic merupakan international conference pertama bidang keselamatan maritim yang dilaksanakan oleh Departemen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) dan PUI Kekal ITS, dengan dukungan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) Indonesia. IEEE adalah sebuah organisasi profesi dan publikasi riset yang telah mendunia di berbagai bidang keahlian.
Rektor ITS, Joni Hermana mengatakan, jika keselamatan pelayaran kapal dan keamanan industri maritim tidak hanya berdampak pada keselamatan manusia. Tetapi juga mempengaruhi lingkungan laut, ekonomi, nelayan dan industri berbasis maritime, ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan jIka ITS sebagai institusi perguruan tinggi keteknikan yang memiliki kompetensi utama dalam bidang maritim sangat mendukung dilaksanakannya Mastic 2018. Hal itu lantaran Mastic merupakan media untuk bertukar gagasan, informasi, dan jejaring kemitraan dalam upaya meningkatkan kualitas akademik dan meningkatkan kontribusi bagi bangsa dan negara.
“Akhir-akhir ini telah terjadi beberapa kecelakaan kapal di Indonesia yang sangat menyita perhatian kita semua, saya harapkan ini juga dapat menjadi perhatian pada bahasan diskusi kita di sini, lanjutnya.
Acara bertemakan Cultivating Knowledge, Professionalism and Networking towards Global Maritime Safety and Environmental Protection ini menghadirkan dua keynote speaker dari Jepang, yakni Prof Takeshi Shinoda dari Department of Marine Engineering, Kyushu University, Fukuoka, Jepang dan Prof Masao Furusho dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Maritim, Kobe University, Jepang.
Dalam presentasinya, Takeshi Shinoda menjelaskan, sebagian besar kecelakaan kapal yang terjadi di dunia selain karena faktor alam, bisa juga terjadi akibat faktor human error. Seperti kesalahan pada menerjemahkan, mendeteksi, dan kesalahan dalam mengoperasikan sistem fungsional kapal yang pada akhirnya dapat menyebabkan matinya fungsi navigasi keamanan kapal.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa menerapkan Formal Safety Assessment (FSA) yang telah diresmikan oleh International Maritime Organization (IMO) pada tahun 2002 sangat penting oleh pelaku maritim di negara manapun.
“Ada lima poin penting yang terdapat dalam FSA, yaitu meliputi identifikasi bahaya, analisa risiko, generasi dari opsi pengendalian risiko, analisa cost benefit, dan terakhir adalah memperhatikan rekomendasi dari pembuat keputusan atau peraturan maritim dalam hal ini yaitu pemerintah,” jelaanya.
Senada dengan Takeshi Shinoda, Masao Furusho juga menyampaikan keselamatan dalam dunia kemaritiman ditentukan dari empat 'M', yaknj Man, Machine, Media dan Management. Dari keempat faktor itu, faktor manusia lah yang menempati posisi pertama.
“Faktor psikologi manusia dalam pengaruhnya terhadap keselamatan kapal sangat berpengaruh," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara Mastic 2018, Dhimas Dwi Hamdani menyampaikan gelaran Mastic 2018 ini berlangsung hingga Rabu 11 Juli 2018. Selain menghadirkan acara utama yaitu Seminar Internasional, juga terdapat diskusi pararel yang diikuti oleh pemakalah dan peserta dari 11 negara.
“Konferensi ini menerima 136 usulan naskah publikasi dari calon pemakalah, namun setelah evaluasi yang sangat ketat, hanya 85 publikasi saja yang dipertimbangkan dapat dipresentasikan, pungkasnya. (amm)