Massive, Alat Deteksi Ikan untuk Nelayan Buatan Mahasiswa ITS
Tiga mahasiwa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat alat pendeteksi ikan untuk nelayan. Alat ini mengunakan teknologi yang bernama Massive.
Alat buatan Muhammad Azimt, Dista Rizky Dwi Yanti, dan Alfi Rahmawati ini menghadirkan, alat pendeteksi lokasi ikan atau biasa disebut fish finder dengan kemampuan menunjukkan kondisi di perairan secara real time.
Muhammad Azimt sebagai ketua tim mengungkapkan, pembuatan Massive dilatarbelakangi oleh masalah nelayan yang tidak pernah usai dalam melakukan pencarian ikan di lautan Indonesia.
“Menurut para nelayan, tangkapan ikan itu tidak menentu, susah diprediksi,” jelas mahasiswa Teknik Kelautan yang kerap disapa Azimt ini.
Hingga akhirnya muncul ide pembuatan alat pendeteksi ikan lewat sebuah bisnis maritim yang berjudul Massive ini.
Sementara, Menurut Dista Rizky Dwi Yanti, salah satu anggota tim mengatakan, alat ini tidak seperti alat pendeteksi ikan lainnya yang mahal. Alatnya bisa digunakan oleh nelayan-nelayan kecil karena secara harga dapat dijangkau, sehingga konsumsi pasar ikan lokal bisa meningkat.
"Kebanyakan yang ada saat ini fish finder masih digunakan sebatas di kapal-kapal besar dan buatan asing. Namun alat ini hadir sebagai alternatif kelompok paguyuban nelayan," kata Dista.
Imbuhnya, meski alternatif tapi fungsinya sama-sama digunakan untuk mencari ikan di kedalaman laut. Bedanya, alat ini belum bisa menyentuh palung laut seperti fish finder.
Untuk cara kerja alat buatannya ini, lanjut Dista, memiliki dua bagian yakni satu diletakkan di atas kapal dan satunya diletakkan di lautan. Nantinya alat ini mendeteksi lokasi ikan berdasarkan kecepatan arus air dan angin.
“Sensor yang akan bekerja, nelayan tinggal memonitor dari atas kapal,” tutur mahasiswa angkatan 2017 ini.
Untuk pembuatan alat ini, terangnya menggunakan metode software pemrograman. Yakni menggunakan Arduino Ide, software untuk membuat, mengedit, mevalidasi kode program, dan mengunggah ke papan Arduino dan menampilkannya dalam bentuk teks editor. Sehingga data sensor yang dikrim ke nelayan akan relevan dengan keadaan di bawah laut, dan dipahami oleh nelayan.
Saat ini alat tersebut masih dalam percobaan dan kajian lagi, karena masih memerlukan pembenahan dan evaluasi dari segi kemasan.