Dianggap Strategis, Buruh Tolak Omnibus Law Pilih Bundaran Waru
Ribuan buruh memusatkan aksinya menolak Omnibus Law di Bundaran Waru Sidoarjo. Mereka memilih tempat ini karena dianggap strategis untuk mengkampanyekan penolakan Omnibus Law yang dianggap merugikan buruh.
“Sengaja disampaikan pada Bundaran Waru, karena tempat ini strategis untuk bisa disampaikan pada masyarakat juga bahwa Omnibus Law penting untuk dipertegas dan kami menolak tegas. Dalamnya ada poin yang mendegradasi hak-hak buruh,” tegas Sunandar Koordinator Aksi.
Selain itu Sunandar menyatakan, bahwa aksi yang diberi nama Gerakan Tolak Omnibus Law (Getol) Jawa Timur ini, tak hanya dilakukan oleh buruh saja, tapi juga elemen masyarakat lain yang sepaham dengannya.
“Merupakan momen yang sangat penting bagi mahasiswa, masyarakat, lembaga bantuan hukum yg ada di Jawa Timur. Menyampaikan dengan tegas, supaya didengar pemerintah pusat,” kata dia.
Sunandar menyebut, aksi sampai menutup sebagian lajur dari arah Sidoarjo menuju Surabaya tersebut diklaim belum diikuti oleh seluruh anggotanya. Sunandar pun mengancam jika tuntutan para buruh untuk membatalkan Omnibus Law tak dikabulkan oleh pemerintah pusat, dia menjanjika akan mengerahkan lebih banyak angggotanya.
“Hari ini pemanasan di Jatim dan serentak di Indonesia. Hari ini bergerak karena menyangkut masa depan. Bilamana suara kami tidak didengarkan kami akan bikin gerakan yang lebih besar,” jelasnya.
Perlu diketahui, RUU Ciker yang saat ini tengah dibahas oleh pemerintah pusat, mendapatkan penolakan dari para buruh, yakni elemen masyarakat yang terkena dampaknya. Menurut mereka, Omnibus Law tersebut sangat merugikan mereka dalam hal apa pun.
“Pertama di RUU sudah jelas menghilangkan pinsip jaminan pendapatan yang ini berbicara UMK (Upah Minimum Kota) akan dihilangkan, diganti Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Kesepakatan. Upah Kesepakatan kalau ditetapkan akan jadi persoalan yang tidak ada jaminan,” kata Sunandar