Buku Cerita Kesehatan Gigi Berbasis Riset Pertama Di Indonesia
Mahasiswa “Co-Ass” (Dokter Gigi Muda) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga berhasil membuat produk inovatif-edukatif kesehatan gigi & mulut berupa buku cerita bergambar.
Buku cerita bergambar ini terwujud sebagai hasil dari riset kebutuhan kesehatan gigi anak di 2 wilayah di Kota Surabaya, yakni Kecamatan Keputih dan Kecamatan Dupak. Dari hal itu, buku cerita yang mengangkat sosok buaya kecil itu, menjadi buku cerita kesehatan gigi berbasis riset pertama di Indonesia.
“Kami pertama-tama melakukan penelitian epidemiologis tentang hubungan kesehatan gigi anak dengan parameter tumbuh kembang anak di Puskesmas Keputih. Terus terang kami cukup kaget, ternyata banyak anak yang memiliki gigi berlubang, bahkan besar-besar, ternyata tinggi badannya tergolong rendah,” ungkap Delaneira Alvita selaku Ketua Tim Riset Keputih.
Berangkat dari masalah ini, Delaneira mengaku bahwa dalam penyusunan materi buku cerita ini tidak lepas dari peran pembimbing di FKG unair dan bimbingan dari Puskesmas setempat.
“Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, kami bersama pembimbing merancang sebuah buku cerita bergambar berbasis riset, dengan penokohan yang unik, khas Surabaya, yakni Den Boyo,” tambah Delaneira.
Den Boyo merupakan tokoh imajiner yang diciptakan oleh Gilang R. Sabdho Wening, yang juga merupakan pembimbing tim “Co-Ass” yang bertugas di Keputih.
Gilang mengatakan, anak-anak perlu edukasi kesehatan gigi dan mulut yang menarik bagi mereka. Salah satunya dengan jalan penciptaan tokoh Den Boyo (Dental Bodyguard of Suroboyo).
“Hal ini diharapkan agar anak-anak tertarik untuk lebih memahami tentang kesehatan gigi dan mulut,” kata Gilang..
Tidak hanya di wilayah Keputih, para mahasiswa “Co-Ass” FKG UNAIR yang bertugas di wilayah Kecamatan Dupak juga turut menyumbang “cerita” berbasis riset kesehatan gigi yang mereka temukan pada anak-anak Sekolah Dasar di wilayah kerjanya.
“Di Dupak ini kami menemukan kasus bahwa pada anak-anak SD yang gemar jajan di sekolah, rata-rata sering menderita gangguan pencernaan dan memiliki banyak gigi berlubang,” ujar Nurman sebagai ketua tim riset Dupak.
Berdasarkan informasi yang didapat dari tim Puskesmas Dupak, Viona sebagai koordinator mengatakan, sebetulnya ia sudah sering melakukan kunjungan untuk melihat kesehatan gigi di tiap sekolah.
“Tapi sayangnya, perhatian anak-anak kepada materi yang diberikan oleh petugas Puskesmas masih sangat minim,” kata Nurman.
Untuk itu, sebagai dasar cerita Den Boyo edisi kedua, Gilang bersama tim bakal membuat alur cerita tentang pengaruh pola jajan sembarangan dan akibat pada pencernaan anak, dan tentunya pada masalah gigi berlubang.
“Buku Cerita Den Boyo ini nantinya akan terus dimunculkan setiap ada alur cerita baru berbasis evidences penelitian tentang kesehatan gigi anak. Hal itu dapat kami pastikan, karena seusai anak-anak membaca buku cerita Den Boyo, nilai pemahaman mereka tentang kesehatan gigi sesuai maksud cerita juga meningkat sesuai yang diharapkan,” pungkasnya. (frd)