Masjid Perlu Kembangkan Perekonomian, Ini Aspirasi Generasi Muda
“Sebanyak 96% responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Sedangkan 95% responden menganggap perlu kegiatan pendidikan: kursus dakwah, pelatihan imam, pesantren kilat di masjid,” kata M Arief Rosyid Hasan.
Aktivitas di masjid membutuhkan biaya yang dihasilakn dari kegiatan usaha sendiri. Baik dalam bentuk koperasi, mini market atau pun warung. Hal itu teruangkap dalam Survei yang diadakan Departemen Kaderisasi Pemuda PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) bekerja sama dengan Merial Institute.
Dalam survei Persepsi dan Aspirasi Generasi Muda terhadap Masjid tersebut, terungkap sebanyak 73,9% responden membutuhkan kegiatan usaha perekonomian tersebut. Sedangkan 67,3% responden merasa perlu diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.
M Arief Rosyid Hasan, Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI, mengungkapkan, survei berlangsung pada 17-21 Juli 2018.
“Tidak hanya jumlah masjid, keterlibatan jamaah juga tumbuh dan semakin semarak. Salah satu kelompok jamaah yang menonjol adalah generasi muda."
Jumlah responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun dan berdomisili di 12 kota besar: Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, Palembang.
Menurutnya, beberapa temuan yang menarik di antaranya di antaranya adalah, sebanyak 33,6% responden mengaku selalu datang beribadah di masjid setiap hari. Sisanya 66,4% responden tidak datang setiap hari.
Namun di sisi lain, hanya 33,2% responden yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan fasilitas di masjid.
“Sebanyak 96% responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Sedangkan 95% responden menganggap perlu kegiatan pendidikan: kursus dakwah, pelatihan imam, pesantren kilat di masjid,” kata Arief.
Kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid menjadi persemaian paham radikalisme juga tidak tampak. Hanya 6,98% responden mengaku pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu. Dan hanya 2,03% yang setuju dengan materi tersebut.
Kekhawatiran masjid digunakan untuk tujuan politik praktis juga masih ada, namun tidak terlalu signifikan. Hanya 15,65% responden pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan politik praktis di masjid. Dan hanya 15,54% yang setuju dengan materi tersebut.
Generasi muda tampak lebih banyak beribadah di masjid. Namun mereka membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar tempat ibadah salat.
Meningkatnya harapan generasi muda umat Islam terhadap pengelolaan masjid perlu disambut gembira oleh berbagai pihak. Juga diikuti dengan perbaikan pelayanan dan fasilitas masjid. Sehingga harapan kita dapat tercapai: umat Islam lebih banyak memakmurkan masjid, sekaligus dimakmurkan oleh masjid.
Ia mengingatkan, jumlah masjid dan mushala di kota-kota besar di Indonesia terus mengalami perkembangan. Ketua Umum DMI Drs. M. Jusuf Kalla menyebut hingga Tahun 2018 ini Indonesia memiliki 800 ribu masjid dan mushala.
“Tidak hanya jumlah masjid, keterlibatan jamaah juga tumbuh dan semakin semarak. Salah satu kelompok jamaah yang menonjol adalah generasi muda. Dengan tingkat pendidikan dan wawasan yang berbeda dengan generasi di atasnya, mereka tampak memiliki aspirasi yang lebih beragam terhadap keberadaan dan kegiatan di masjid,” tutur Arief. (adi)
Advertisement