Masjid London Diteror, Ini Pernyataan PM Boris Johnson
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan, dirinya sangat sedih mendengar telah terjadi serangan di Central Mosque.
"Sungguh sangat disayangkan kejadian ini terjadi, apalagi di rumah ibadah. Doa saya bagi semua yang jadi korban, yang terdampak oleh insiden ini," kata PM Johnson, melalui unggahan di Twitter.
Seperti diberitakan, aksi teror terjadi Masjid Raya London. Seorang muazin di masjid dikenal dengan sebutan Central Mosque, menjadi sasaran aksi teror itu. Ia ditikam saat mengumandangkan azan salat Asar, hari Kamis 20 Februari 2020 sekitar pukul 15:10 waktu setempat.
"Kondisi korban dalam keadaan tidak kritis," kata seorang aparat Kepolisian London, dikutip Ngopibareng.id, dari BBC, Jumat 21 Februari 2020.
Pelaku telah ditahan dengan sangkaan mencoba melakukan pembunuhan. Muazin yang berusia sekitar 70 tahun ini mengalami luka-luka dan sudah dibawa ke rumah sakit.
Pernyataan Kepolisian London menyebutkan bahwa seorang laki-laki berusia 29 tahun, yang diyakini berada di masjid untuk salat, telah ditahan "dengan sangkaan mencoba melakukan pembunuhan".
Dijelaskan, ia ditahan di satu kantor polisi di pusat kota London. "Untuk saat ini, kami tidak memperlakukan insiden sebagai serangan teroris," kata Kepolisian London.
Foto-foto yang diambil dari dalam masjid menunjukkan seorang laki-laki kulit putih dengan jaket berwarna merah terlihat tengah dilumpuhkan oleh beberapa anggota polisi.
Beberapa orang mengunggah kesaksian di media sosial dan mengatakan korban ditikam di bagian leher. Satu video menunjukkan pisau tergeletak di lantai.
Miqdaad Versi, pengurus Dewan Muslim Inggris, mengatakan orang-orang yang berada di lokasi kejadian menuturkan kepadanya bahwa insiden terjadi ketika jemaah sedang bersiap melakukan salat Asar.
"Apa yang terjadi ini sungguh sangat mengkhawatirkan ... apalagi telah terjadi serangan terhadap orang-orang Islam di tempat lain akhir-akhir ini," katanya.
Central Mosque adalah salah satu masjid populer di pusat kota London. Tempat ibadah ini bisa menampung sekitar 5.000 jemaah.
Beberapa laporan menyebutkan terdapat sekitar 300 orang di masjid saat serangan terjadi.
Penikaman berlangsung setelah penembakan massal oleh ekstremis kanan di Hanau, Jerman, yang menewaskan sembilan orang pada Rabu 19 Februri 2020 malam, menewaskan sembilan orang.
Seluruh korban memiliki latar belakang sebagai imigran. Pemerintah di Ankara mengatakan lima di antara korban adalah warga Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Jerman harus tuntas mengungkap insiden penembakan.