Nasi Bungkus untuk Jemaah Salat Jumat di Masjid Kemendikbud
Salat Jumat di Masjid Baitut Tholibin di kompleks kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jalan Sudirman, Senayan Jakarta, tergolong istimewa. Para jemaah dimanjakan dengan makan siang nasi bungkus gratis.
Makan gratis setelah salat jumat ini bukan untuk merangsang supaya orang-orang rajin salat Jumat, tapi bagian dari bersedekah ibu-ibu Dharma Wanita di Kemendikbud. Kegiatan sosial ini diprakarsai istri Sekjen Kemendikbud, Didik Suhardi.
Setiap jumat nasi bungkus barokah ini terus bertambah. Hari ini saja panitia menyediakan 500 bungkus nasi dan habis disantap para jemaah.
Nasi bungkus disiapkan untu seluruh jemaah, tidak dibedakan pangkat maupun jabatannya. "Niat kami bersedekah untuk membangun kebersamaan, siapa saja yang mau menikmati, silakan makan," kata koordinator penyedia nasi bungkus berkah, Ibu Didik Suhardi kepada ngopibareng.id, Jumat 29 November 2019.
Kebersamaan bisa dilihat saat jamaah menikmati nasi bungkus barokah. Mereka berbaur sambil lesehan di halaman terbuka depan kantor Kemendikbud.
Ibu Didik Suhardi tak menyangka jumlah penikmat nasi bungkusnya semakin banyak. "Ini pertanda nasi bungkus yang disediakan ibu-ibu Dharma Wanita benar-benar berkah, dan disukai jemaah," katanya.
Berawal dari kesukaan Ibu Didik Suhardi beramal dan membantu orang yang kurang mampu, sehingga muncul ide untuk bersedekah nasi bungkus kepada jemaah salat Jumat di Masjid Baitut Tholibin.
"Pertama dari kantong sendiri (uangnya), tapi setelah peminatnya semakin banyak, ibu-ibu yang lain ikut membantu. Ada yang membantu dana, termasuk Pak Sekjen (suami) dan ada relawan yang bantu membungkus nasi dan membagikan pada jemah," tutur Ibu Didik Suhardi.
Ibu Didik Suhardi hobi masak. Jadi soal menu tak ada masalah. "Setiap Jumat menunya ganti. Ada rendang, telur, ayam, tempe, tahu ditambah sayuran dan satu gelas air mineral," ujarnya.
Seingat Ibu Didik Suhardi, hari Jumat ini telah memasuki bulan ketiga ibu-ibu Darma Wanita menyiapkan nasi bungkus gratis. Melihat jemaah yang ikut menikmati nasi bungkus barokah ini jumlahnya terus bertambah, Ibu Didik Suhardi sempat khawatir soal dana.
"Alhamdulillah pada perkembangannya ada jemaah yang makan ikut membantu mengumpulkan dana dengan suka rela," sambung dia.
Seorang jemaah, Ubay, memuji ide yang cerdas ini. Persoalannya bukan berhenti pada makan gratis, tapi ada nilai kebersamaan. Makan sambil lesehan bersama terasa lebih nikmat apa pun lauk yang disantapnya.
"Mudah-mudahan makan bareng selepas salat Jumat ini bisa menjadi tradisi dan diikuti masjid yang lain," kata Ubay.
Kalau makan di luar satu porsi tidak cukup Rp 15.000. Coba kalau masjid yang mengelola, secara ekonomi ada nilai plusnya, yakni kebersamaan.
"Saya jadi teringat waktu pergi ke Thailand, hampir setiap masjid menyediakan makan untuk jemaah," ujar Ubay sambil menikmati nasi bungkus barokah.