Masjid Jogokariyan Jogja Pakai GeNose untuk Jemaah Tarawih
Pengurus Masjid Jogokariyan di Mantrijeron, Kota Yogyakarta menggunakan alat pendeteksi Covid-19, GeNose C19 untuk menyaring jemaah ibadah salat tarawih. Sesuai protokol kesehatan, penggunaan GeNose dikhususkan kepada jemaah yang berasal dari luar Kampung Jogokariyan. Sedangkan warga sekitar tetap dicek suhu dengan thermo gun.
"Orang luar (Jogokariyan) kalau mereka baru datang pertama kita layani cek suhu saja. Kasihan kalau sampai di sini langsung ditolak. Hari berikutnya baru kita layani tes GeNose," kata Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustaz M. Jazir.
Tes GeNose dilayani para petugas kesehatan poliklinik masjid mulai dari pukul 09.00-16.00 WIB. Caranya dengan mendaftarkan diri terlebih dahulu sebelum mendapat nomor antrean tes.
Bagi yang tidak terindikasi terpapar Covid-19 memperoleh kartu penanda dan bisa melaksanakan salat tarawih berjamaah di Masjid Jogokariyan. Sementara mereka yang terindikasi terpapar virus corona, untuk warga luar Jogokariyan, disarankan memeriksakan diri ke rumah sakit. Sedangkan khusus warga kampung dianjurkan menjalani isolasi di rumah masing-masing atau di lokasi karantina yang sudah disediakan pengurus lingkungan.
Warga luar Jogokariyan yang lolos pemeriksaan GeNose akan ditempatkan di lantai bangunan masjid terpisah dengan jemaah lokal. Fasilitas seperti toilet pun turut dikhususkan. Tarif untuk sekali pemeriksaan GeNose yakni sebesar Rp 15.000 yang kemudian disalurkan sebagai dana infaq masjid. Namun, untuk warga Jogokariyan sama sekali tidak dikenakan biaya alias gratis.
"Dana itu nantinya buat beli plastik (penampung sampel nafas) lagi," terang Ustadz Jazir.
Dalam sehari mesin GeNose milik Masjid Jogokariyan bisa memeriksa sampai seratus orang atau lebih. Tergantung persediaan kantong plastik penampung sampel nafas.
"Para pengurus masjid juga sudah menyediakan HEPA filter cadangan nafas. Sesuai pedoman penggunaan mesin GeNose C19, HEPA filter wajib diganti apabila mesin telah mengidentifikasi sampel nafas positif," sambung Ustadz Jazir.
Pelaksanaan salat tarawih berjemaah di Masjid Jogokariyan sendiri menyesuaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Seperti menerapkan aturan wajib pengenaan masker, berjarak tiap safnya, dan pembatasan kapasitas. Dengan penerapan pembatasan kapasitas ini, masjid hanya menampung 700 jemaah dari kapasitas maksimal sebanyak 1.300 orang.
Para takmir masjid juga rutin melakukan disinfeksi ke setiap sudut bangunan sepuluh kali setiap harinya. Dilaksanakan tiap sebelum dan sesudah salat lima waktu.