Masjid Istiqlal Siapkan Penerjemah untuk Jamaah Tuna Wicara
Penyandang tuna wicara terkadang kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Tidak mengerti dan tidak mendengar apa yang mereka katakan. Sebab tuna wicara biasanya juga mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu.
Pengelola Masjid Istiqlal Jakata memahami kesulitan yang dihadapi penyandang disabilitas tersebut, terutama saat menyimak khotbah jumat .
Pada setiap Jumat tak kurang dari 250 penyandang tuna wicara itu salat di Masjid terbesar se Asia Tenggara berkapasitas terbanyak nomor 10 dunia.
Kalau dulu hanya terbengong tidak tahu pesan yang disampaikan khotib yang berdiri di mimbar, sekarang suasananya sudah berubah. Setidaknya setelah Istiqlal menghadirkan penerjemah menggunakan bahasa isyarat bagi tuna wicara. Yaitu yang ditampilkan melalui layar monitior berukuran 2x3 meter, ditempelkan di sisi kanan dan kiri mimbar.
"Alhamdulillah sekarang kami bisa megikuti khotbah Jumat seperti jamaah yang lain," kata seorang jamaah tuna rungu bernama Afiudin.
Afiudin selalu jumatan di Masjid Istiqlal dengan sesama penyandang tuna wicara, di Jakarta.
Istiqlal sebagai masjid yang ramah terhadap kaum divabel menyiapksn tempat khusus bagi penyandang disabilitas. Yaitu di depan sebelah kanan, dengan diberi tanda pembatas supaya tidak dimasuki jamaah lain.
"Kami sudah saling mengenal, sehingga ketika ada yang datang terlambat, akan dicarikan tempat oleh temannya yang datang lebih awal," ujar Udin.
Sengaja ditempatkan di depan layar monitor supaya bisa mengikuti khotbah lewat penerjemah dengan jelas.
Masjid Isiqlal Ramah Difabel
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, mengundang penerjamah dengan bahasy isyarat, sebagai wujud kepedulian Istiqlal terhadap penyandang divabel. Dengan harapan nereka mereka bisa mengikuti rangkaian salat jumat dengan baik dari awal hingga akhir.
"Kemudahan itu juga diberikan kepada penyandng disabilitas yang lain, bagi yang pengguna kursi roda, juga disiapkan lift di dekat pintu utama langsung menuju tempat salat utama," kata profesor yang pernah menjabat wakil menteri agama itu.
Etika Berkomunikasi Dengan Tuna Rungu
Tuna wicara merupakan suatu kelainan fisik di mana seseorang memiliki gangguan dalam berbicara yang biasanya diikuti dengan kelainan lainnya, yaitu tuna rungu atau tuli. Jadi untuk berkomunikasi biasanya menggunakan cara khusus, yaitu menggunakan bahasa isyarat.
Anak tuna rungu memiliki hambatan dalam pendengaran, dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Umumnya penderita tuna wicara dapat berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa isyarat. Sayangnya hanya beberapa orang saja yang mengerti dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Oleh karena itu, jika akan berkomunikasi dengan teman tuna wicara, tidak bisa secara asal-asalan atau terdapat etika berkomunikasi yang harus diterapkan. Berikut etika berkomunikasi yang ketika berbicara dengan teman tuna wicara.
Sentuh, Salam, Sapa
Jika ingin berkomunikasi dengan teman tuna wicara, maka perlu mendapatkan perhatiannya terlebih dahulu. Sentuh, salam, sapa dapat menjadi cara untuk mendapatkan perhatiannya. Anda dapat menyentuh pundak atau melambaikan tangan sebagai isyarat bahwa Anda ingin berkomunikasi dengan teman tuna wicara Anda.
Sejajarkan Posisi Wajah dan Lakukan Kontak Mata
Saat berkomunikasi dengan teman tuli wicara, sejajarkan posisi wajah Anda dengan dirinya. Pastikan posisi wajah Anda tidak terlalu dekat dengannya, agar segala mimik dan gestur Anda dapat terlihat jelas. Kemudian fokuskan diri Anda hanya pada teman tuli wicara, jangan mengarahkan wajah Anda pada penerjemah dan jangan lepaskan kontak mata. Selain itu pastikan bahwa lokasi berkomunikasi cukup terang.
Komunikasikan dengan gerakan bibir yang jelas
Selama berkomunikasi, pastikan gerak bibir Anda tidak terlalu kecil atau terlalu besar, agar gerak bibir Anda dapat terbaca dengan mudah. Lantangkan suara dengan jelas, tidak dengan teriak ataupun bisik-bisik, tidak juga secara cepat ataupun pelan-pelan, berbicaralah dengan normal.
Gunakan mimik/gestur/ekspresi/bahasa tubuh
Mimik atau ekspresi wajah bisa membuat teman tuna wicara lebih memahami pembicaran. Sehingga selama berkomunikasi Anda, dapat memainkan ekspresi wajah Anda, seperti ekspresi saat bersemangat, senang, sedih, marah, dan yang lainnya., Selain itu, bahasa tubuh atau gerakan tubuh juga dapat memperjelas apa yang sedang Anda sampaikan.
Siapkan Alat Tulis
Jika teman tuna wicara kurang bisa memahami apa yang sedang Anda sampaikan, maka Anda dapat menyampaikan pembahasan melalui tulisan. Sehingga penting bagi Anda untuk menyiapkan alat tulis selama Anda berkomunikasi agar tidak terjadi miskomunikasi.
Lepaskan media penghalang
Selama berkomunikasi, lepaskan segala media penghalang yang terindikasi dapat menghalangi komunikasi, seperti masker, kacamata hitam, atau benda lainnya. Karena benda tersebut dapat menutupi gerakan bibir dan juga ekspresi dari Anda, yang mana akan mempersulit teman tuna wicara memahami apa yang sedang Anda sampaikan.
Sediakan penerjemah jika diperlukan
Anda dapat membawa penerjemah jika memang diperlukan, terutama di acara formal. Dengan adanya penerjemah maka akan membantu Anda dan yang lainnya berkomunikasi dengan teman tuna wicara dan pesan pun akan dapat tersampaikan dengan baik.
Berkomunikasi dengan disabilitas, terutama teman tuna wicara memang memiliki tantangan tersendiri, tetapi itu bukanlah hal yang sulit. Anda cukup mempelajari etika atau caranya saja. ( Dikutip dari FK UI)