Masjid Istiqlal dan Katedral, Merajut Kerukunan dari Lahan Parkir
Hubungan yang erat antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta sudah berlangsung lama. Dua tempat ibadah berbeda agama ini hanya dipisahkan oleh badan jalan.
Umatnya selalu rukun, tidak pernah kisruh. Sama-sama memahami kerukunan antar umat beragama menjadi bagian penting dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Gereja Katedral mempersilakan jemaah Masjid Istiqlal menggunakan lahan parkir gereja, kalau lahan parkir di Istiqlal tidak mecukupi. Sebaliknya, Masjid Istiqlal mempersilakan jemaat gereja Katedral memakir kendaraannya di lahan parkir milik Istiqlal.
Ini terjadi pada saat salat Idul Fitri 1443 di Masjid Istiqlal, yang jatuh pada Senin 2 Mei 2022. Halaman Gereja Katedral dibanjiri kendaraan milik jemaah yang akan melaksanakan salat di Masjid Istiqlal. Pihak gereja menyambutnya dengan ramah.
Bahkan antara Gereja Katedral dengan Istiqlal telah terhubung dangan terowongan. Jemaat Katedral maupun jamaah Istiqlal tidak perlu repot-repot menyeberang setelah mamarkir kendaraannya.
Mentri PUPR pernah mengusulkan trowongan ini dinamakan Trowongan Toleransi. Menurut keuskupan Agung Jakarta Susana Suadie, trowongan tersebut belum diserahterimakan, sehingga belum difungsikan, meskipun Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umum dengan Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo sudah mencoba trowongan ini.
Nasaruddin Umar, mengatakan dibangun trowongan dan penggunaan lahar parkir secara bersama sama, ujud kerukanan dan jiwa besar antara umat Muslim dengan umat katolik. "Tanpa adanya kerukunan, tak mungkin trowongan yang menghubungkan kawasan Katedral dan Istiqlal ini terbangun," kata Prof Nasar.
Uskup Agung Keuskupan Jakarta Kardinal Suharyo, pernah menyebut trowongan ini dimaknai sebagai lambang kerukunan antar umat beragama secara nyata, bukan slogan semata, kata Kardinal Suharyo.