Alami Trauma, Mahasiswa Papua di Asrama Surabaya Enggan Diliput
Mahasiswa Papua di Surabaya yang menempati asrama mahasiswa Papua di Kalasan Surabaya masih trauma hingga enggan didatangi wartawan.
Para jurnalis dari berbagai media, Selasa 20 Agustus 2019 terus berdatangan memantau kondisi terkini asrama.
Ada lebih 10 jurnalis yang datang untuk mencoba mewawancarai mereka. Pantauan wartawan, di luar pagar asrama suasana lengang. Satu dua mahasiswa tampak keluar masuk pagar halaman asrama.
Di pintu gerbang asrama terpampang spanduk bertuliskan ‘Siapapun yang Datang Kami Tolak’.
Bendera merah-putih juga terpasang di luar Asrama. Pagar halaman asrama tertutup oleh kain spanduk, sehingga menutupi suasana di dalam asrama.
Jurnalis ngopibareng.id sempat mencoba berkomunikasi dengan salah satu mahasiswa Papua tapi ditolak. Beberapa mahasiswa Papua yang mengintip dari balik pagar Asrama saat diajak komunikasi merespon dengan menggelengkan kepala.
Seorang wartawan televisi mencoba merekam suasana sekitar asrama. Tak lama, 3 mahasiswa keluar dan mendatangi jurnalis yang merekam. Dari 3 mahasiswa tersebut, ada yang membawa kamera untuk memotret para jurnalis yang sedang berada di seberang jalan depan asrama.
Salah satu dari 3 mahasiswa itu dengan nada tinggi meminta jurnalis untuk menghapus video. Mereka melarang jurnalis mengambil gambar.
"Di sekitar sini tidak boleh ada pers, media, meliput. Daripada diberitakan aneh-aneh lagi, nanti kacau lagi kayak kemarin," kata salah satu mahasiswa Papua itu.
Selain itu, mereka memohon maaf kepada para jurnalis untuk tidak berada di sekitar asrama karena masih trauma.
“Mohon maaf ya teman-teman jangan ambil foto, jangan rekam. Kami yang di dalam masih trauma atas insiden kemarin. Tahu kan kemarin kami diperlakukan seperti apa? Jadi mohon maaf sekali," ujarnya sambil menangkupkan tangan di dada.
Setelah memastikan foto dan video yang dimiliki para jurnalis telah dihapus, mereka kembali masuk ke asrama. Saat berada di gerbang asrama, salah satu mahasiswa Papua yang berada di dalam dengan lantang berteriak mengusir para wartawan.
"Sana bubar! Bubar! Pergi. Jangan ke sini lagi. Tidak boleh foto-foto di sini!,” kata salah seorang dari balik gerbang dengan nada berteriak.
Advertisement