3 Inisiatif Kemendikdasmen Dongkrak Partisipasi Anak Ikut PAUD yang hanya 36,03%
Banyak tantangan dalam pengembangan anak usia dini di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan, angka partisipasi kasar anak yang mengikuti pendidikan anak usia dini atau PAUD hanya 36,03%. Dari jumlah hanya sekitar 50% yang mendapatkan layanan PAUD berkualitas. Tantangan lain seperti akses yang belum merata, transisi ke sekolah dasar yang belum optimal, serta kurangnya integrasi teknologi dalam program yang menyasar anak usia dini juga menjadi perhatian.
Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan tiga inisiatif penting untuk memajukan perkembangan anak usia dini di Asia Tenggara.
Dalam kegiatan ini Kemdikdasmen berkolaborasi dengan Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Early Childhood Care and Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) serta Tanoto Foundation.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menyampaikan, kebijakan wajib belajar 13 tahun merupakan arah kebijakan yang sangat penting untuk membangun generasi Indonesia yang hebat, generasi Indonesia yang kuat. Ia mengatakan, pentingnya pendidikan dasar, pendidikan prasekolah dasar, bahkan pendidikan sejak dari dalam kandungan.
“Banyak sekali penelitian yang menunjukkan betapa anak-anak yang memiliki pengalaman belajar di PAUD baik PAUD formal di taman kanak-kanak maupun PAUD non formal di kelompok bermain bahkan penitipan anak memiliki kemampuan dan juga memiliki ketahanan mental, intelektual, dan sosial yang lebih tinggi untuk mereka sukses dalam pendidikan di jenjang yang ada di atasnya,” ucap Menteri Mu’ti dalam acara peluncuran di Gedung A Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Jumat 20 Desember 2024.
Menteri Mu’ti mengungkapkan, pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi penting dalam membangun generasi yang memiliki keceriaan, memiliki optimisme, dan tumbuh kembang yang baik dan sehat.
Berbagai macam informasi dalam bentuk buku maupun aplikasi-aplikasi yang memungkinkan orang tua dapat meningkatkan wawasan, kemampuan serta komitmen untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak sejak dini itu menjadi tugas bersama-sama.
“Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi kepada SEAMEO CECCEP atas produk-produk yang sudah dihasilkan untuk kepentingan kita membangun pendidikan bermutu sejak dari usia dini,” ujarnya.
Menteri berharap agar produk-produk ini menjadi produk yang mudah diakses, mudah untuk digunakan, dan kemudian menjadi bagian dari gerakan bersama untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang unggul sejak dini.
Sejak mereka belum belajar di sekolah dasar bahkan dari sejak mereka dalam kandungan juga sudah diberikan perhatian yang serius agar mereka menjadi generasi yang kuat, generasi yang berkualitas melalui berbagai layanan parenting dan informasi-informasi pendidikan yang bermanfaat.
Pada kesempatan tersebut, Direktur SEAMEO CECCEP, Vina Adriany, mengungkapkan tiga fokus utama SEAMEO CECCEP, yaitu riset, peningkatan kapasitas, dan advokasi kemitraan. Ketiga fokus ini diterjemahkan dalam bentuk komitmen kerja yang telah menghasilkan tiga luaran.
Inisiatif pertama adalah Risalah Kebijakan dan Laporan Pemetaan Layanan Pengembangan Anak Usia Dini di Asia Tenggara. Dokumen ini menyediakan analisis komprehensif mengenai praktik Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (PAUD HI) di wilayah Asia Tenggara serta rekomendasi berbasis bukti yang fokus pada koordinasi lintas sektoral, inklusivitas, dan keberlanjutan guna meningkatkan kualitas layanan PAUD HI. Dengan pemahaman yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap negara, laporan ini bertujuan untuk memastikan semua anak mendapatkan lebih banyak dukungan untuk tumbuh dan berkembang optimal.
Inisiatif kedua adalah Modul Transisi PAUD ke SD Bagi Orang Tua. Modul ini dirancang untuk membantu orang tua dalam proses transisi anak dari prasekolah (PAUD) ke sekolah dasar secara lancar. Modul ini juga menekankan pada bagaimana orang tua membantu kesiapan emosional dan sosial anak, serta dari sisi layanan untuk menghapus tes masuk sekolah yang bertekanan tinggi. Modul ini menggunakan pendekatan yang inklusif dan berfokus pada enam kemampuan dasar, sekaligus menghindari isu-isu sensitif terkait SARA.
Kemudian, inisiatif ketiga adalah Aplikasi Mobile Anaking yakni platform digital inovatif untuk membantu orang tua dalam mengasuh anak usia 0-4 tahun. Platform ini menyediakan fitur pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, aktivitas stimulasi oleh para ahli, serta sumber daya pengasuhan. Termasuk forum interaktif dan informasi terbaru seputar pelatihan, menciptakan dukungan komprehensif bagi keluarga.
Di tempat yang sama, Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Henry berharap, kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh negara-negara di Asia dapa memenuhi beragam kebutuhan dasar anak usia dini seperti menurunkan angka stunting balita sampai di bawah 10% dan meningkatkan partisipasi PAUD hingga 70% pada tahun 2030.
Advertisement