IPW: Penangkapan DJoko Tjandra Jangan Dikaitkan Suksesi Kapolri
Penangkapan buronan kakap Joko Tjandra, jangan dijadikan modal untuk mempromosikan diri jadi calon kepala kepolisian RI. Sebab yang menangkap adalah pihak Kepolisian Diraja Malaysia, yang kemudian diserahkan kepada Polri.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane, melalui pernyataan tertulis, Senin 3 Agustus 2020.
Neta melihat ada pihak tertentu yang mengaitkan penangkapan Joko Candra untuk promosi calon kapolri. Kata Neta, kasus Joko Tjandra tidak ada kaitannya dengan bursa calon kapolri, apalagi pergantian kapolri masih lama.
"Presiden tentunya punya kriteria sendiri tentang calon kapolri yang akan diangkatnya di masa depan. Bagaimana pun calon kapolri yg akan diangkat presiden tentu melihat situasi aktual politik saat itu dan proyeksi situasi ke depan, yang semuanya sangat tergantung pada insting politik presiden maupun hak prerogatif presiden," katanya.
Namun dalam kondisi panas, kasus Joko Tjandra itu, ada saja pihak yang mengaitkan dengan bursa calon Kapolri. Padahal hal itu tidak ada kaitannya dan situasinya.
"Jauh panggang dari api. Apalagi IPW mendapat informasi bahwa calon kapolri ke depan yg akan dipilih presiden dari kalangan bintang dua dan proses suksesinya satu paket dengan calon wakapolri. Memang informasi yang diperoleh IPW ini kembali kepada situasi aktual dan menjadi hak prerogatif presiden," kata Neta.
Sebab itu, lanjut Neta, sebaiknya masyarakat maupun pihak-pihak tertentu jangan berspekulasi dan mengaitkan kasus Joko Tjandra dengan suksesi Kapolri karena tidak ada kaitannya.
"Sebaiknya semua pihak bersabar menunggu momentum yang akan terjadi, yang sepertinya akan dimulai presiden dengan reshuffle kabinet, pergantian panglima TNI dan suksesi Kapolri. Semua ini akan dilakukan presiden pasca new normal agar pemerintahan ke depan semakin efektif dan stabilitas keamanan kondusif," katanya.
Berkaitan dengan penangkapan Joko Tjandra, kata Neta, IPW mengapresiasi Kepolisian Diraja Malaysia yang sudah mau mendengar aspirasi rakyat Indonesia dan membantu penangkapan Joko Tjandra serta menyerahkan buronan kelas kakap itu kepada Polri.
"Kerjasama yang ditunjukkan pihak Malaysia dengan Indonesia ini patut dicontoh Polri ke depan, khususnya NCB Interpol Polri dalam melakukan lobi ke negara-negara lain yang terdapat buronan kasus koruptor bersembunyi di sana, mengingat masih ada 38 buronan NCB Interpol Polri di luar negeri," katanya.
Artinya, kata Neta, kerjasama internasional pasca tertangkap Joko Tjandra perlu dilanjutkan, sehingga Polri bisa segera menangkap buronan lainnya, seperti bos Gajah Tunggal Syamsul Nursalim dan Itji Nursalim yang saat ini diduga bersembunyi di Shanghai Cina.
Advertisement