Begini Sosok dan Sejarah dari Keris Milik Pangeran Diponegoro
Keris Pangeran Diponegoro, yang sudah kembali ke "rumahnya", akan disimpan di Museum Nasional Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat. Keris bernama Kyai Nogo Siloeman itu akan disandingkan dengan benda bersejarah milik Pangeran Diponegoro lainnya yang disimpan di Museum Nasional, seperti pelana kuda, tombak, payung serta beberapa barang peninggalan lainnya.
Kepala Museum Nasional Siswanto, dikonfirmasi membenarkan keris milik Pangeran Diponegoro itu sudah berada di Museum Nasional. Tapi belum bisa dilihat oleh masyarakat umum.
"Barang barang bersejarah peninggalan Dipinegoro tersebut, baru akan dipamerkan di Museum Nasional, April 2020 bersama koleksi Museum Nasional yang berjumlah 3000an," kata Siswanto kepada Ngopibareng.id Rabu 11 Maret 2020.
Pameran ini sebagai ungkapan syukur dan memenuhi keinginan masyarakat yang tak sabar
ingin segera melihat keris milik Pangeran Diponegoro yang ditemukan di Belanda tersebut.
Keris Kyai Nogo Siloeman itu diserahkan oleh Raja dan Ratu Belanda Y.M. Raja Willem- Alexander beserta Y.M. Ratu Máxima kepada Presiden RI Joko Widodo dalam kunjungan kehormatan di Istana Bogor Selasa, 10 Maret 2020 kemarin.
Menurut Siswanto, selain keris milik Pangeran Diponegoro masih ada sekitar 1.500 artefak asli Indonesia yang ada di Belanda, antara lain disimpan di Museum Delft. Benda bersejarah itu dilarikan ke Balanda, di zaman penjajahan. Selain itu, benda-benda bernilai sejarah itu sengaja dijual oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Bentuk, keris ini hampir sama dengan keris pada umumnya. Hanya saja, pada bagian bawah terdapat motif naga yang indah. Keris ini juga memiliki 21 lekuk pada permukaannya sehingga tampak indah namun juga sakti. Konon, keris ini memiliki kekuatan gaib yang bisa keluar jika digunakan oleh orang yang tepat.
Pembuat dari keris yang sangat melegenda ini disebut berasal dari Majapahit. Seorang empu yang sakti membuat keris ini melalui serangkaian ritual yang cukup pelik. Setelah jadi, keris ini diberi nama Kyai Omyang dan digunakan secara turun-temurun dari Kerajaan Majapahit hingga akhirnya ke Kerajaan Demak dan sampai ke tangan Pangeran Diponegoro.
Setelah melakukan pemberontakan kepada Belanda hingga Perang Jawa akhirnya pecah, Pangeran Diponegoro akhirnya ditangkap untuk diadili. Dalam penangkapan ini, Pangeran Diponegoro dibuang ke Makassar hingga wafat. Saat ditangkap, apa yang ada pada tubuh dan pakaian dari Pangeran Diponegoro diambil termasuk keris Kyai Nogo Siloeman.
Saat keris itu diambil, pihak Belanda tidak tahu kalau keris itu merupakan ibu dari segala jenis pusaka yang ada di tanah Jawa. Tanpa memperhatikan hal itu, keris yang sangat berharga itu dibawa ke Belanda untuk dikumpulkan. Pada keris yang dibawa ke Belanda itu, Sentot Ali Basha memberikan catatan yang akhirnya bisa dibaca oleh maestro pelukis dari Indonesia Raden Saleh yang pernah sekolah di Belanda.
Salah satu lukisan paling terkenal dari seorang Raden Saleh adalah lukisan dari penangkapan Pangeran Diponegoro yang bahkan tidak dia lihat secara langsung. Konon lukisan yang dibuat itu berdasarkan berita yang beredar di Belanda.
Orang yang membaca catatan Sentot Ali Basha dalam Bahasa Jawa adalah Raden Saleh ini. Tulisan itu menginformasikan tentang pemilik, nama dan makna dari keris tersebut.
Kyai Nogo Siloeman memiliki makna sebagai guru dalam bentuk makhluk supranatural dan memiliki kekuatan yang sangat hebat. Dari nama ini saja, sudah bisa menebak mengapa keris ini dijuluki sebagai ibu dari segala pusaka yang ada di Tanah Jawa.
Advertisement