Masa Pandemi, Sekolah di Banyuwangi Zero Drop Out, Ini Rahasianya
Meski dilanda pandemi Covid-19, di Banyuwangi tidak ada anak usia sekolah yang dikeluarkan dari sekolah alias drop out. Sehingga semua anak usia sekolah, khususnya di jenjang PAUD, SD, SMP dan juga Pendidikan Masyarakat, tetap bisa mendapatkan haknya menuntut ilmu. Tentunya menggunakan metode yang disesuaikan dengan protokol kesehatan yang berlaku selama pandemi Covid-19.
Data Dinas Pendidikan Banyuwangi, selama masa pandemi ini, tidak ada pelajar Banyuwangi yang didrop out. Sebab, di masa pandemi Covid-19, proses pelaksanaan sekolah di wilayah Banyuwangi dilaksanakan dengan sangat fleksibel yakni dengan menggunakan metode hybrid learning.
“Menggunakan pendekatan hybrid learning, sebagian ada di sekolah secara faktual tapi sisanya secara virtual,” ujar Pelaksana Tugas Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, Senin, 13 Desember 2021.
Sehingga, lanjutnya, tidak ada alasan bagi anak-anak untuk tidak bersekolah. Apalagi, fleksibilitas juga diberikan kepada sekolah. Di mana setiap sekolah bisa menggunakan dana BOS-nya sesuai dengan kebutuhan sekolah. Selama pandemi ini, kata Suratno, ada kebijakan penggunaan dana BOS tidak harus terlimitasi sekian persen untuk seluruh kebutuhan.
“Itu sudah dihilangkan semua, untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, misalkan masalah pendanaan, pembiayaan, saya pikir tidak ada masalah,” tegasnya.
Prinsipnya dengan dana BOS tersebut, bisa dioptimalkan untuk membantu mempermudah anak-anak mendapatkan haknya menuntut ilmu di masa pandemi. Jika masih membutuhkan dana, juga bisa dilakukan dengan peran serta masyarakat . Namun peran serta masyarakat ini sifatnya sumbangan.
“Sumbangan itu kalau tidak mampu kan mestinya diringankan atau bahkan free,” tegasnya lagi.
Penerapan kebijakan relaksasi ini, menurut Suratno, tidak menjadi penghalang bagi anak-anak untuk bersekolah. Bahkan saat ini, sekolah tatap muka yang masih dilaksanakan secara terbatas bisa jadi penghibur bagi anak-anak.
“Bandingkan dengan daerah lain yang sampai dengan hari ini saya dengar belum semua daerah menerapkan pembelajaran tatap muka,” ungkapnya.
Bagi anak-anak yang tidak memiliki HP untuk melakukan sekolah secara daring, juga tetap bisa mendapatkan haknya bersekolah. Karena model pembelajaran daring bukan menjadi satu-satunya pilihan. Manakala ada anak yang tidak bisa mengikuti pembelajaran berbasis daring, sekolah memiliki opsi lain.
“Dengan cara menggunakan modul, mungkin juga dengan pendampingan secara pribadi dikunjungi rumahnya. Artinya hak-hak anak untuk belajar masih tetap bisa didapatkan,” ujarnya.
Selain itu, Banyuwangi juga memiliki sejumlah program yang membuat anak-anak Banyuwangi memiliki jaminan untuk tetap bisa bersekolah. Di antaranya program Siswa Asuh Sebaya yang saat ini sudah di upgrade menjadi sekolah asuh sekolah. Kemudian ada Gerakan Daerah Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh), ada uang transport, ada uang saku. Bahkan Banyuwangi memiliki pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus.
“Itu yang menjadi faktor dukungan positif anak-anak Banyuwangi tetap bisa sekolah dan kita bisa zero drop out,” pungkasnya.