Masa Pandemi, Adat Seblang Olehsari Hanya Gelar Ritual Wajib
Pada bulan Syawal, masyarakat Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, selalu mengadakan ritual Seblang. Ritual ini untuk menolak balak dan meminta keselamatan bagi seluruh warga Desa Olehsari.
Pada kondisi normal, ritual Seblang ini diawali dengan Ider Bumi dan ziarah ke makam leluhur. Kemudian dilanjutkan dengan Tarian Seblang yang bernuansa mistis.
Dikatakan mistis karena penarinya dalam kondisi kerasukan roh leluhur. Ritual Tari Seblang biasanya digelar selama tujuh hari dan disaksikan oleh khalayak ramai.
Di masa Pandemi Covid-19 ini, ritual Seblang disepakati hanya dilakukan poin yang wajib-wajib saja. Pelaksanaannya juga mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Jadi kami selaku ketua panitia berkoordinasi terus dengan Kepala Desa, Seblang dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan. Untuk itu kami koordinasi dengan Forpimka hingga ke Polresta," kata Ketua Panitia Ritual Adat Seblang Olehsari, Eko Sukartono, Jumat, 29 Mei 2020.
Awalnya, Ider Bumi juga tetap dilaksanakan. Namun pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwitasa Banyuwangi menyarankan untuk tidak melaksanakan Ider Bumi. Pihak adat dan pawang kemudian berembug dan melakukan komunikasi dengan arwah leluhur.
"Akhirnya sepakat, pihak adat dengan leluhur akhirnya menerima. Akhirnya disetujui tidak ada Ider bumi," katanya.
Ritual adat Seblang ini kemudian hanya dilaksanakan di seputar Tarian Seblang saja. Mulai dari awal ritual sampai ritual penutup yang disebut Lungsuran.
"Yang dilakukan ritual inti saja. Ider bumi tidak ada, penarinya juga tidak ada," jelasnya.
Seblang kali ini relatif singkat. Diawali dengan pemberian sesaji kepada roh leluhur di sekitar panggung Tarian Seblang. Salah seorang perempuan berusia lanjut yang ada di panggung Seblang tampak dirasuki leluhur.
Perempuan yang kerasukan ini meminta semua tamu untuk masuk sebelum acara dimulai. Selanjutnya, Pawang Seblang, Akwan dan Kepala Desa, Joko Mukhlis, sempat diajak berbicara oleh roh leluhur yang merasuki salah satu perempuan tersebut.
Sesaat kemudian dilakukan selamatan. Seluruh warga adat bersama-sama dengan tamu yang hadir menyantap makanan yang telah disediakan. Ritual ini diakhiri dengan Lungsuran. Dalam fase ini seluruh warga adat dimandikan dengan air kembang oleh pawang Seblang.
"Lungsuran ini intinya agar mendapatkan berkah dari doa yang dipanjatkan agar selamat, desa dan rakyat Olehsari dan keseluruhan warga. Termasuk doa agar pandemi Covid-19 hilang," jelasnya.
Akwan menyatakan, di awal Lungsuran, warga adat sempat diberikan air minum yang dibawanya. Air tersebut menurutnya merupakan media khusus untuk menghilangkan pandemi Covid-19.
"Air itu hasil ritual yang sudah dilakukan pawang pada malam sebelumnya. Air itu diminta untuk diminum oleh pawang, kepala desa dan seluruh warga adat semuanya," jelasnya.
Ritual wajib dalam adat Seblang iniadalah pemberian sesaji dan Lungsuran. Untuk kekurangannya, yakni Ider Bumi dan Tarian Seblang tidak dilakukan. Menurutnya, Roh leluhur yang merasuki salah satu perempuan juga menyampaikan agar kekurangan itu dilakukan setelah pandemi Covid-19 berakhir. Meskipun bukan di bulan Syawal.
"Tadi leluhur menyampaikan yang penting Pak Lurah dan pawang mengingat bahwa masih punya utang untuk melaksanakan ritual Tari Seblang," ujarnya.
Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis menyatakan, ritual adat Seblang ini untuk memohon doa agar desa dan rakyat Olehsari serta keseluruhan warga selamat.
Sesuai dengan yang disampaikan leluhur yang merasuki warga adat, setelah pandemi Covid-19 berakhir, maka tahapan ritual yang belum dilakukan yakni Ider Bumi dan Tarian Seblang akan segera dilakukan.
"Insya Allah begitu pandemi ini berakhir segera kita laksanakan," ujarnya.