Masa-masa Sulit Selalu Bertekad untuk Umroh, Ini Fakta Humor
Semua sektor perekonomian seret. Penghasilan macet. Itulah yang dirasakan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Apalagi, telah diberlakukan PPKM (Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat, semakin mencekam.
Muncul guyonan soal singkatan itu: "Pernah Peduli Kemudian Menghilang", "Purel-Purel Kaliren Maneh" (artinya, para escort lady di dunia malam, kelaparan lagi).
Tapi, selalu ada cerita tak bikin tegang tapi justru sebagai ikhtiar "survive" di masa sulit seperti ini.
Seorang sopir, di tengah menunggu penumpang yang sepi di Bandara Juanda, tetap bisa ketawa-ketiwi. Mereka, selain bicara soal masa-masa pandemi Covid-19, berbincang soal kehidupan.
Menyisihkan Pendapatan
Ada yang menyisihkan pendapatannya untuk menyicil (mengangsur) rumah sederhana bersubsidi, kredit motor baru, ada juga yang menabung buat buka warung.
Tapi si Ahmad berbeda. Dia menyisihkan sebagian besar pendapatannya untuk Umroh.
Ketika mendapat Rp150 ribu, dia sisihkan Rp100 ribu buat Umroh. Dapat Rp100 ribu, yang Rp75 ribu buat Umroh. Bahkan, bila pun hanya dapat Rp50 ribu pun, hanya Rp10 ribu yang buat dirinya, sisanya untuk Umroh.
Karena tertarik dengann kisah si sopir itu, seseorang bertanya alamat rumahnya. "Ya, karena saya penasaran, suatu ketika saya mampir ke rumah kontrakannya," tutur seseorang itu.
Ia pun semakin kagum pada Ahmad, meski hidupnya pas-pasan dia alokasikan sebagian besar pendapatannya untuk Umroh.
Saat berbincang, isterinya keluar menyajikan kopi panas. Ahmad pun memperkenalkan isterinya: "Inilah isteri saya, namanya Umroh ".
Akhirnya seseorang yang menaruh perhatian pada Ahmad itu pun makin faham. Sambil minum kopi dalam hati, ia bergumam, "Astaga! Ternyata Umroh iku bojone (itu isteri) si Ahmad!"
Senyum duyu, ya. Biar gak terlalu memikirkan kopat-kopit... Ha ha ha...
Advertisement