Marshal Sirkuit Adalah Ekspresi Nasionalisme
Ada satu tim yang tidak boleh dilupakan. Tugasnya berat. Tanpa tim ini, sebuah balapan tidak akan bisa sukses. Tidak ada tim ini, sebuah balapan tidak akan sempurna. Siapa mereka?
Mereka adalah “pasukan oranye”. Mereka merupakan tim marshal. Selama tiga hari balapan (Jumat hingga Minggu), tugas mereka sangat berat.
Meski tampaknya hanya “mengganggur” di pinggir sirkuit, tetapi mereka harus dalam posisi stand by. Setiap saat, setiap jam, selama jam balapan. Harus sigap dan bereaksi cepat memberikan bantuan kepada pembalap.
Beruntung, Ngopibareng.id sempat ngobrol santai dengan M. Wahab. S, Motorsport Relationship MGPA (Mandalika Grand Prix Association).
Wahab paham betul atas apa yang harus dilakukan kala pembalap jatuh dan keluar lintasan. Total ada 470 marshal yang stand by di Pertamina Mandalika International Street Circuit selama tiga hari perhelatan MotoGP ini.
“90 persen marshal berasal dari lokal Lombok. Mereka ditraining dan akan mendapatkan sertifikat dari MGPA (Mandalika Grand Prix Association). Sertifikat ini diregulator oleh IMI dan FIM sebagai pemilik regulasi marshal,” jelas Wahab ramah.
Pria pecinta F1 dan komentator balap jet darat ini merasa dilema. Di satu sisi, dia kasihan bila ada pembalap yang terjatuh saat sesi race ataupun latihan.
Tapi di sisi lain, apabila ada pembalap yang jatuh atau kecelakaan, maka tim marshal jadi bisa menerapkan semua pembelajaran yang selama ini didapat secara teori.
“Saat sesi kualifikasi Q1, Marquez sempat terjatuh parah, beruntung tim marshal tanggap, langsung menyelamatkan Marquez dan memboncengnya kembali ke paddock. Serta tim mobil langsung mengevakuasi motor Marquez dan mengembalikannya ke paddock,” jelasnya.
Wahab bercerita bahwa Buyung, marshal pengendara motor yang memboncengkan Marquez sangat gembira mendapatkan kesempatan ini.
“Saya mendapatkan cerita ini dari Buyung sendiri. Dia adalah fans Marquez dan dia bersyukur bisa menjadi saksi sejarah. Di sisi lain, Buyung dan kami merasa kasihan dengan Marquez yang terjatuh,” cerita Wahab.
Menurut Wahab, para marshal ini bekerja sangat maksimal. Sehingga sudah kewajiban dari Wahab untuk menghargai mereka.
“Kami sangat melayani mereka. Mereka stand by di 64 titik sepanjang sirkuit 4,3 km ini. Kita rutin kirimi mereka makanan dan minuman. Agar mereka tidak kelaparan dan kehausan. Karena mereka harus standby di titik itu sepanjang hari,” ucap Wahab.
Wahab juga menjelaskan bahwa ada beberapa dari marshal itu memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Mereka tidak membutuhkan honor sebagai marshal.
“Mereka hanya ingin menjadi saksi sejarah dan bagian dari even besar internasional. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menggunakan mobil, jadi jelas bukan mengejar honor. Oleh karena itu, kami sangat menghargai kinerja mereka,” jelas Wahab.
Saat kualifikasi hari Sabtu, 19 Maret 2022 motor Alex Rins (Suzuki Ecstar) sempat terbakar. Di sinilah teruji lagi skill para marshal.
“Kami sudah mengajarkan kepada mereka bagaimana mengatasi motor yang terbakar. Langkah awal kami mengelap sirkuit dengan oil pad sebagai oil absorbant. Setelah itu bekas oil disirami dengan CoCa3 kalsium karbonat yang akan membuat aspal kembali kering. CoCa3 itu harus bewarna terang agar pembalap bisa melihat dengan jelas,” jelasnya.
Untuk itu Wahab mempelajari CoCa3 yang paling cocok untuk sirkuit Mandalika. “Kami menguji coba ada lima material, dan kami putuskan menggunakan yang 800 mesh agar maksimal,” jelasnya.
Hari ini, MInggu 20 Maret, kinerja Wahab dan tim marshal teruji karena hari inilah balapan resmi Moto2, Moto3, dan MotoGP digelar. Bukan lagi latihan atau kualifikasi.
Seluruh mata dunia akan tertuju pada aksi 24 pembalap MotoGP, sekaligus memperhatikan kinerja marshal membantu pembalap yang jatuh di sirkuit Mandalika.
Mereka semua sudah ditraining menjadi marshal di balapan bertaraf internasional ini. Tentunya dengan dasar teori dari FIM dan IMI.
Advertisement