Marsekal Botak Tepercik Arak Perang, Ini Humor Sejarah
Sejarah pun menjadi bagian penting dalam produk humor. Tentu saja, hal ini dikisahkan oleh mereka yang menjadi bagian dari zaman perang. Baik sebagai veteran perang maupun penyaksi zaman itu.
Kelucuan-kelucuan yang tak dibut-buat, melainkan alamiah, terjadi apa adanya. Seperti kitah berikut:
Marsekal yang Botak
Seorang marsekal angkatan udara Jerman, Marsekal Besar Wootayte, menderita penyakit ujung kepalanya botak tak berambut.
Suatu kali waktu jamuan makan, seorang prajurit muda dengan tak hati-hati telah memercikkan arak ke atas kepala marsekal besar itu. Seluruh ruangan seketika sunyi senyap.
Prajurit tersebut panik ketakutan sehingga tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Sebaliknya marsekal besar itu pada saat ini telah berhasil dengan luwes mengusahakan diri supaya keluar dari jalan buntu, sambil menepuk-nepuk punggung prajurit itu ia berkata: "Saudara, kamu kira metode pengobatanmu ini ada gunanya ya?"
Perkataan ini seketika menarik gelak ketawa para hadirin di seluruh ruangan. Hati mereka yang tadinya tercekam itu segera mengendur, sedang kelapangan dada dan rasa humor yang ditunjukkan oleh Marsekal Besar Wootayte ini telah mendapat penghormatan dan pujian dari seluruh tamu yang hadir di situ.
Dipeluk Gadis Perancis
Tentara Inggris yang baru berhasil memukul mundur serdadu Jerman dan masuk ke Prancis, di Paris, telah memperoleh sambutan dari para warga kota yang berjajar di kedua tepi jalan, dan sekali-sekali juga ada gadis yang keluar dari kerumunan orang dengan terharu memeluk atau mencium mereka.
Tayor, seorang sersan yang berjalan di baris depan pasukan dipeluk lama sekali oleh seorang gadis Prancis. Sesudahnya atasannya mengkritiknya.
"Tayor, masakan kamu sedikitpun tak merasa malu berpeluk-pelukan dengan gadis itu di depan sedemikian banyak orang? Sebagai prajurit, mengapa kamu tidak mencegahnya?"
"Pak Kapten Senior, coba jelasnya aku ini sebaiknya bagaimana? Bapak kan tahu aku sepatah kata pun tak tahu bahasa Prancis." Jawab Tayor dengan muka kesal karena merasa dirinya dipersalahkan.