Marak Hoax, CEO Tirto.id: Google dan Facebook 'Rebutan Duik'
Merespon berita Ngopibareng berjudul "Google Akan Bantu Media Online Tingkatkan Pembaca", Chief Executive Officer (CEO) Tirto.id, Sapto Anggoro berpendapat bahwa meski saling bersaing untuk menguasai pangsa arus informasi, dua raksasa internet, Google dan Facebook akan mendapat berkah dari maraknya hoax.
"Ya jadinya duik (uang) akan lari ke dua ekosistem besar, Google dan Facebook. Bedanya Google berkerjasama dengan publisher sedangkan Facebook programnya (pernah direncanakan) berkerjasama dengan siapapun yg punya konten," kata pria kelahiran Jombang, Jawa Timur ini kepada Ngopibareng.id.
Akan tetapi menurutnya kondisi Facebook saat ini lebih berat dibandingkan dengan Google. Pasalnya ada dua masalah yang membuat perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini kelimpungan.
Pertama, konten yang berada di Facebook sebagian besar sudah terkontaminasi hoax. Kedua, terbelit kasus yang sedang ramai dibahas, yaitu pencurian data 50 juta pengguna Facebook oleh Perusahaan Konsultan Politik, Cambridge Analytica yang diduga untuk kepentingan pemenangan Donald Trump pada Pemilu Presiden Amerika Serikat 2016.
Sekedar diketahui, manajemen Facebook mengumumkan pemblokiran Cambridge Analytica pada Jumat 16 Maret 2018 setelah mereka menerima laporan bahwa perusahaan tersebut tidak menghapus data sesuai perjanjian.
"Facebook sekarang kelimpungan karena 70% kontennya hoax. Ditambah lagi dengan kasus Cambridge Analytica yang mencuri data 50 juta akun pengguna Facebook, dalam kasus Pilpres Trump," kata Sapto Anggoro.
Lebih lanjut penulis buku 'Legends Media Online' (detikcom) ini menjelaskan saat ini Google dan Facebook sedang gencar memerangi hoax dengan cara merangkul lembaga independen untuk melakukan fact checking.
"Keduanya, Facebook dan Google saat ini merangkul lembaga independen untuk melakukan fact checking. Google kerjasama dengan First Draft Internasional dan FB mengontrak Poynter.org," jelasnya.
Selain itu, Sapto Anggoro juga mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat Google akan mengadakan pelatihan jurnalistik di Indonesia, Sedangkan pelatihan Facebook for Journalist untuk wilayah Asia Pasifik akan dilakukan di Sydney, Australia.
"Keduanya juga aktif melakukan latihan penulisan jurnalistik by data driven di berbagai negara. Pada 2 April 2018 Google Labs akan melatih beberapa jurnalis di Jakarta, pada 4 April FB Journalist melakukan pelatihan dan pembahasan untuk wilayah Asia Pasifik di Sydney," ungkap pendiri media monitoring Binokular ini.
Lantas, siapa yang akan menang menguasai pangsa arus informasi di internet yang bertebaran uang ini? Kita tunggu saja sama-sama. Yang jelas kedua perusahaan ini akan semakin kaya karena tebaran uang di dunia online sebagian besar akan diserap mereka -- seperti yang diungkapkan Sapto Anggoro. (frs)