Maqam Syukur, Ini Konsep Kitab Induk Hikmah
Kelalaian seorang mukmin terkadang ia kurang merasakan bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah. “Ustadz, saya pernah mendengar penjelasan soal maqam bersyukur dalam sebuah pengajian. Mohon dijelaskan maksudnya?”
Demikian Wahyuni, warga Pakis Surabaya, pada ngopibareng.id.
Atas pertanyaan ini, Ustadz Abdullah Bahreisy, pengampu pengajian Kitab Al-Hikam di Surabaya, memberikan sejumlah penjelasan. Dari kitab Induk Hikmah karya Ibnu Atha’ilah As-Sakandari itu dikatakan berikut:
Syukur dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah terbagi menjadi 3 macam. Pertama syukur dengan lisan, yaitu mengungkapkan secara lisan, menceritakan nikmat yang didapat.
Kedua, syukur dengan anggota tubuh, yaitu syukur yang diimplementasikan dalam bentuk ketaatan.
Ketiga, syukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa hanya Allah Sang Pemberi Nikmat, segala bentuk kenikmatan yang diperoleh dari manusia semata-mata dari-Nya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibn ‘Atha’illah: “Dalam syukur menurut Ibn ‘Ata’illah terdapat tiga bagian; syukur lisan yaitu memberitakan kenikmatan (pada orang lain), syukur badan adalah beramal dengan ketaatan kepada Allah, dan syukur hati adalah mengakui bahwa Allah semata Sang Pemberi nikmat. Dan segala bentuk kenikmatan dari seseorang adalah semata-mata dari Allah.”
Ibn ‘Ata’illah pun menjelaskan, bentuk syukur orang yang berilmu adalah dengan menjadikan ilmunya sebagai landasan untuk memberi petunjuk kepada manusia lainnya. Sedangkan bentuk syukur orang yang diberi kenikmatan kekayaan adalah dengan menyalurkan hartanya kepada mereka yang membutuhkan.
”Bentuk syukur orang yang diberi kenikmatan berupa jabatan dan kekuasaan adalah dengan memberikan perlindungan dan kesejahteraan terhadap orang-orang yang ada dalam kekuasaannya,” tuturnya. (adi)