Manuver Politik SBY Harus Elegan, Jangan Sampai Jadi Bumerang
Sejumlah pengamat menilai, manuver politik SBY harus elegan, jangan serampangan dan tidak terukur, bisa menjadi bumerang dan merugikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang didorong oleh Partai Demokrat menjadi bakal Capres 2024.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu harus belajar dari Pilgub DKI Jakarta yang lalu. SBY kala itu melakukan manuver untuk memenangkan anaknya, AHY yang berpasangan dengan Syviana Murni. Karena manuvernya dianggap cengeng seperti orang sedang teraniaya, dengan memperlihatkan rumah pribadinya di kawasan Kuningan yang didemo oleh sekelompok orang.
Ekspose SBY di media massa atas kejadian tersebut malah menimbulkan sentimen negatif pada AHY. Elektabilitas AHY yang cukup tinggi langsung merosot, dan tersingkir di putaran pertama. Kalah dengan pasangan Anies-Sandiaga Uno dan pasangan Ahok-Jarot yang berhasil melaju ke putaran kedua.
"Kalau Pak SBY ingin memenangkan AHY, tidak perlu turun gunung dan langsung ke lapangan, apa lagi belum apa-apa sudah memancing gaduh karena salah mengemasnya," kata pengamat politik Rocky Gerung saat dihubungi, Minggu, 18 September 2022.
Pengamat Politik dan Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengapresiasi sikap Anies Baswedan, Ganjar Pranowo yang selalu tampil simpatik. Demikian juga Prabowo, pengendalian emosinya semakin baik setelah menjadi Menteri Pertahanan, dan memiliki kinerja yang baik.
Meskipun Anies terus menerus di-bully, diolok-olok seakan diri Anies ini tidak ada benarnya, tapi Anies membalasnya. "Anis menjawab serangan itu dengan berkarya bukan dengan marah-marah dan main lapor ke polisi," ujar Siti Zuhro secara terpisah.
Ia juga mengatakan, AHY tidak perlu membanding-bandingkan prestasi ayahnya SBY saat berkuasa dengan Jokowi. AHY, lebih baik menawarkan gagasan atau program ke depan itu apa daripada mengungkit masa lalu.
"Maksud Pak SBY dan AHY membandingkan dengan Jokowi adalah untuk mendapatkan simpatik, faktanya antipati yang didapat. "Waktu Pak SBY berkuasa juga ada plus minusnya, sama dengan Pak Jokowi yang sekarang berkuasa, juga ada kelebihan dan kekurangannya, biar masyarakat sendiri yang menilai, masyarakat kita sudah semakin kritis kok," pesan Guru Besar LIPI.
Ia mengambil contoh, SBY yang tiba-tiba menyebut Pemilu 2024 berpotensi terjadi kecurangan, berpotensi hanya dua pasang, kemudian AHY mengatakan "Jokowi tinggal gunting pita karena yang mengawali SBY. Akibatnya ucapan itu menjadi bumerang. "Pak Jokowi itu punya perangkat dan buzer untuk melakukan serangan balik," ujarnya.
Zaman SBY menjadi capres, dikatakan eranya berbeda dengan sekarang. Momen SBY sebagai seorang Menko Polhukam dicuekin oleh Presiden Megawati kala itu, secara politis memang menguntungkan SBY. Selain dicuekin, SBY juga disebut seorang jenderal tapi cengeng seperti anak-anak. SBY dinilai bisa memainkan momen ini dengan cerdas.
"Pada Pilpres yang untuk pertama kalinya dipilih langsung oleh rakyat, pasangan SBY-JK menang telak atas pasangan Mega-Prabowo," katanya.
Pada Pilpres berikutnya, Megawati yang berganti pasangan dengan almarhum KH Hasyim Muzadi dikalahkan lagi oleh pasangan SBY yang berpasangan dengan Budiono. "Kalau Pak SBY ingin memenangkan AHY dengan membuat pola seperti itu, tidak bisa lagi, ibarat setiap masa ada waktunya," kata Zuhro.
Sebelumnya, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, menerima informasi bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan diatur hanya untuk dua pasangan calon presiden dan wakil presiden saja. Hal itu disampaikan SBY kepada kader Partai Demokrat saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Tahun 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Kamis (15/9).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengingatkan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk berhati-hati jika ingin mengganggu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hasto justru menyindir SBY yang sudah berulang kali turun gunung. Ia lantas mengingatkan jika turun gunung SBY dimaksud untuk memfitnah Jokowi, maka PDIP akan memberikan respons tegas.
"Kalau turun gunungnya itu mau menyebarkan fitnah kepada Pak Jokowi, maka PDI Perjuangan akan naik gunung agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh Pak SBY. Sebab, informasi yang diterima Pak SBY sangat tidak tepat. Jadi, hati-hati kalau mau ganggu pak Jokowi," ujar Hasto dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/9).