Manuskrip Tahlil Berusia Lebih 200 Tahun, Ini Saksi Tradisi Umat Islam
Biasanya para kiai NU kalau ditanya tahlilan dimulai dari kapan? Mereka akan menjawab "mulai wali songo". Demikian pula ketika ditanya susunan kalimat tahlil itu dari siapa? Mereka menjawab "wali songo". Jawaban tersebut ada benarnya.
“Karena kami telah menemukan manuskrip tahlil dari kitab peninggalan mbah Kiai Haji Moch Ilyas (Penarip Mojokerto) yang berasal dari Kesesi Pekalongan dalam kitab tulisan tangan dari kertas kulit yang usianya lebih dari 200 tahun,” kata Kiai Muhammad Rofi'i Ismail, Mojokerto, Jawa Timur pada akun facebooknya.
Dijelaskannya, tertulis "Ratib kang dilampahake kiai pondok Tegalsari (Ponorogo)" yang berdiri pada 1722 M. Kalimat-kalimatnya persis dengan yang ada sekarang termasuk sholawatnya yang tidak pernah kami temukan dari kitab-kitab Mu'tabaroh (kita yang diakui para ulama untuk dipelajari di Pesantren, red).
“Hanya saja ayat-ayat Al-Qur'an nya lebih banyak 2 kali lipat. Mungkin yang ada sekarang ini adalah ringkasan dan pada akhirnya ada doa untuk arwah. Semoga ini bermanfaat fiddini waddunya wal akhirah,” tuturnya, pada ngopibareng.id, Selasa (23/1/2018).
Kelaziman di Indonesia, sebagaian besar umat Islam mengamalkan tradisi tahlilan. Khususnya, terkait dengan meninggalnya seseorang sebagai doa dari keluarga. Hal itu, terjadi khususnya di Pulau Jawa yang tak lepas dari kebiasaan tahlilan, yang kemudian menjadi tradisi kaum Muslimin di negeri ini. (adi)