Mantera Ayu Laksmi dalam Visit Wonderful Indonesia
Tampil dengan alat musik yang unik dan langka, Ayu Laksmi menembangkan mantera-mantera dalam launching Program Visit Wonderful Indonesia (ViWI) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia hari ini, Selasa 30 Januari 2018.
Acara yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman gedung Sapta Pesona Jakarta itu diberi nama “Fest in Fest 2018” juga menampilkan Performance Grand Carnaval oleh tim Jember Fashion Carnival (JFC).
Mantera-mantera Ayu Laksmi itu memang menjadi ciri khas musiknya setelah titik balik sebagai lady rocker selama belasan tahun dan kemudian melakukan reinkarnasi menjadi musisi yang mengeksplorasi tradisi kuna Bali dengan kidung-kidung sakralnya. Album solo “Svara Semesta” (2011) menahbiskan dirinya sebagai musisi yang unik di tengah blantika industri musik yang gemerlap.
Perempuan kelahiran Singaraja Bali, 25 November 1967 ini menjadi tersadarkan bahwa bahwa kearifan lokal yang dikandung tanah leluhurnya (Bali) begitu kaya dan merupakan sumber inspirasi yang demikian besar. Dalam album itu, adik kandung Ayu Wedayanti ini menyuguhkan lantunan musik yang mistis dan religius, dengan kidung-kidung sakral yang antara lain dicuplik dari kitab Arjuna Wiwaha.
Bukan hanya warna musiknya yang unik, dalam kesempatan gladi resik semalam, Ayu Laksmi tampil dengan instrumen yang juga unik dan langka, bahkan sudah punah. Alat musik petik ini mirip siter yang seharusnya dimainkan dengan cara diposisikan di atas lantai. Namun ada masukan agar dibawakan dengan cara dipeluk sehingga kelihatan jelas sosoknya. “Saya memang kesulitan memainkannya,” ujarnya seusai latihan.
Pemeran ibu dalam film “Pengabdi Setan” ini menuturkan, alat musik yang dimainkannya itu bernama “Penting” sebuah instrumen langka yang sebetulnya sudah punah. Aslinya instrumen dari Karangasem itu digunakan untuk mengiringi ritual orang mabuk. Sekarang tidak ada lagi. Betul-betul sudah punah. Dan Laksmi tertarik untuk menghidupkannya kembali, membuat yang baru, sebagai ciri khasnya. “Kalau pake gitar kan sudah biasa, tapi dengan Penting ini sayalah satu-satunya musisi yang menggunakannya,” ujar penyanyi, penulis lagu, penari dan aktris film dan teater ini.
Dalam acara “Fest in Fest” ini hadir perwakilan penyelenggara 100 event terpilih dari seluruh Indonesia, dimana terdapat 10 event dari Jawa Timur termasuk Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) atau Indonesia Art Mart. Selain pameran dan eksposisi 100 Wonder Festival yang berlangsung hari Selasa dan Rabu di lobi gedung Sapta Pesona Jalan Merdeka Barat, acara ini pada dasarnya merupakan ajang temu buyer dan seller para pemangku kepentingan 100 festival tersebut.
Seusai tayangan Pusparagam Festival Indonesia dan suguhan performance dan tari dari Ayu Laksmi, kemudian dibuka oleh Menteri Pariwisata RI pukul 10.00, dilanjutkan dengan performance dari JFC. Siang harinya, dilanjut dengan diskusi panel dengan pembicara Hariyadi Sukamdani (ketua ViWI), Esthy Reko Astuti (ketua pelaksana), penyampaian materi pemasaran Digital Travex oleh Samsriyono, dilanjut program dan jaringan oleh M. Noer Sardono, diakhiri dengan berbagi pengalaman dan kerjasama antar penyelenggara festival.
Besok, Rabu 31 Januari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kependudukan (LHK) menyampaikan materi “Penyelenggaraan Festival Ekologis”, Taufik Rahzen dengan topik “Jaringan Kerja Festival”, dan yang masih tentatif adalah narasumber Bupati Banyuwangi dalam materi “Sharing Kerjasama Sponsorship dalam Event”.
Usai acara table top yang diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan, acara besok malam ditutup dengan Konser Svara Semesta oleh Ayu Laksmi lagi, Horja Bius dan Kurt David Peterson, yang dilangsungkan di roof top gedung Sapta Pesona sekaligus untuk menyambut peristiwa Gerhana Bulan Total. (hnr)