Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino Dimakamkan di Manila
Ratusan pelayat dengan pita hitam putih dan masker wajah menghadiri misa pemakaman dan upacara pemakaman mantan Presiden Filipina, Benigno Aquino Jr, hari Sabtu. Benigno Aquino meninggal Kamis lalu dalam usai 61 tahun akibat gagal ginjal.
Dia dikubur di pemakaman Manila di samping makam kedua orang tuanya, mantan Presiden Corazon Aquino dan ayahnya, Benigno Aquino Sr yang meninggal ditembak di tangga pesawat 21 Agustus 1983, saat pulang dari pengasingan.
Ratusan pelayat berpakaian hitam dan putih, beberapa juga mengenakan pita kuning – warna yang diasosiasikan dengan keluarga Aquino dan revolusi 1986 yang menggulingkan Marcos, dengan masker wajah, menghadiri misa pemakaman dan upacara pemakaman.
“Untuk pria yang sangat kami syukuri sebagai saudara kami, kami akan selamanya bangga padamu, terima kasih, kami merindukanmu dan mencintaimu,” kata Maria Elena Aquino, kakak perempuan Aquino, mengatakan pada misa pemakaman.
Warga Filipina berbaris di sepanjang jalan untuk memberi penghormatan selama satu jam konvoi puluhan kendaraan dari almamaternya, Universitas Ateneo de Manila, ke pemakaman di selatan ibu kota.
Pendukung Aquino menyalakan lilin saat berdoa di luar universitas tempat jenazahnya disemayamkan di Manila sejak Kamis.
Pasukan kehormatan militer memberi hormat dengan 21 tembakan meriam, dan di udara sebuah helikopter menabur bunga warna kuning. Di kediaman Aquino di jantung ibu kota, para pendukung meninggalkan krisan, lonceng kuning, dan bunga matahari untuk mendiang pemimpin.
Di antara mereka yang memberi hormat kepada Aquino adalah wakil presiden dan sekutu politik Leni Robredo, dan teman-teman dekatnya. Sebagian besar pendukung diblokir di pintu masuk pemakaman untuk mencegah kerumunana dan penyebaran COVID-19.
Populer dengan nama Noynoy, Aquino membawa gelombang dukungan publik ke kursi kepresidenan setelah kematian ibunya pada 2009, Corazon Aquino, yang menjadi presiden dari 1986 hingga 1992.
Ayahnya, namanya sama, adalah penentang utama diktator Ferdinand Marcos, dibunuh ketika dia kembali dari pengasingan politik pada tahun 1983. Kematian Benigno Aquino Sr atau Ninoy membangkitkan revolusi Kekuatan Rakyat 1986 yang berhasil menggulingkan Marcos.
Sebagai presiden, Aquino yang lebih muda memimpin Filipina dalam menghilangkan citra “sick man of Asia” melalui pemerintahan yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Dia menantang klaim Beijing atas Laut China Selatan di hadapan pengadilan arbitrase di Den Haag pada 2013. Hingga akhir hayatnya Benigno Aquino Jr. tetap menjomblo.
Presiden Rodrigo Duterte tidak menghadiri pemakaman tersebut, tetapi menyatakan masa berkabung selama 10 hari, dengan bendera nasional di gedung-gedung pemerintah berkibar setengah tiang. (nis)
Advertisement