Mantan Pemain Timnas Tulis 14 Harapan di KLB PSSI
Berbagai harapan muncul menjelang Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan agenda pemilihan ketua, wakil ketua dan komite eksekutif, Kamis 16 Februari 2023.
Tak ketinggalan sejumlah mantan pemain Timnas Indonesia yang berdomisili di Jawa Timur ikut menaruh harapan besar.
Beberapa nama mantan pemain yang tersebut di antaranya Fakhri Husaini, Rudy Keltjes, Ferril Raymond Hattu, I Wayan Diana, Subangkit, Djoko Malis dan Maura Helly
Ferril mengaku, para mantan pemain timnas ini menaruh harapan besar terhadap perkembangan sepak bola nasional ke depan. Sebab, selama tiga dekade ini prestasi sepak bola Indonesia sangat buruk.
Di ajang SEA Games saja Indonesia terakhir kali merasakan juara saat SEA Games 1991 di Filipina.
"Kami prihatin dengan kondisi sepak bola kita. Tiga dekade sepak bola kita tidak maju-maju, malah negara lain yang tidak punya kekuatan melawan kita sebelumnya malah sekarang jauh di atas kita," ungkap Ferril saat ditemui di Surabaya, Rabu 15 Februari 2023.
Mantan kapten timnas yang membawa Indonesia juara SEA Games 1991 itu prihatin dengan kepengurusan yang sudah-sudah ini.
Ia melihat, kompetisi Liga Indonesia khususnya Liga 1 begitu semarak dengan anggaran yang sangat besar tapi tidak berarti apa-apa terhadap prestasi Indonesia di luar negeri.
"Tidak ada yang dibanggakan dari timnas saat ini," aku pria berdarah Maluku itu.
Sepak bola Indonesia, kata mantan pemain yang berposisi sebagai libero itu, seakan tidak bergerak maju. Padahal, potensi yang ada sangat besar karena banyak pemain memiliki potensi di daerah.
Selama ini, ia menilai PSSI hanya mengandalkan kompetisi sebagai jujugan untuk merekrut pemain timnas tanpa menyentuh klub-klub atau hasil pembinaan dari Askab/Askot di daerah. Mungkin hanya segelintir nama yang ditemukan seperti Marselino Ferdinan yang merupakan binaan internal Persebaya, Asnawi Mangkualam dari Sulawesi Selatan, maupun Egy Maulana Vikri dari Aceh.
"Kalau (pembinaan) ini lebih baik lagi tentu lebih banyak lagi pemain ke luar negeri," kata Ferril.
Di sisi lain, ia menilai, pengurus yang ada harusnya bekerja dengan baik justru lebih banyak terlihat ribut memperjuangkan keinginannya sendiri atau hanya membangun citra diri.
Fakhri Husaini menambahkan, masih banyak permasalahan sepak bola nasional yang belum tuntas. Paling mendasar adalah pembinaan yang buruk sehingga Indonesia selalu kesulitan mendapat pemain berkualitas.
Parahnya, jalur naturalisasi diambil oleh federasi untuk mempermudah kinerja. "Sekarang naturalisasi dilakukan PSSI ini tanpa mereka sadari, mereka dengan sadar-sadarnya meremehkan potensi pemain kita (lokal) yang sebenarnya tidak kalah kualitas dan kuantitas," aku legenda PKT Bontang itu.
Selain itu, ia juga berharap agar ketua terpilih nanti dapat membenahi regulasi yang ada. Misal, terkait penggunaan pemain asing di kompetisi yang saat ini terlalu banyak dan membuat pemain lokal tidak mendapat kesempatan bermain karena kepercayaan klub terhadap pemain asing.
Kemudian, memberikan kewenangan kepada askab/askot untuk memutar kompetisi usia muda yang nantinya dari data tersebut diserahkan kepada bank data di PSSI pusat agar bisa diolah.
Ia melihat, saat ini untuk Timnas Indonesia kelompok umur PSSI hanya melihat dari kompetisi Elite Pro Academy (EPA) yang merupakan kompetisi kelompok umur bagi tim Liga 1.
"Bagaimana misalnya NTT kalau ada pemain bagus siapa yang lihat ini," kata Fakhri yang pernah membawa Timnas U-16 juara Piala AFF U-16 2018 itu.
"PSSI jangan alergi dengan usia dini yang sangat penting untuk Indonesia ke depan karena banyak pemain itu dibina di SSB atau akademi," imbuh Rudy Keltjes.
Tak hanya itu, mantan pemain timnas ini telah menyusun 14 harapan terhadap PSSI. Berikut isinya:
1. Perbaikan tata kelola organisasi yang profesional, transparan, efektif, bermartabat, bertanggungjawab.
2. Menyusun rencana strategis dan rencana kerja, serta menjalankannya secara profesional dan bertanggungjawab.
3. Penyelenggaraan tata kelola kompetisi Liga 1, Liga 2, Liga 3 yang menjunjung tinggi nilai fairplay dan respect.
4. Menggelar kompetisi usia muda yang berkualitas, terintegrasi dan berkelanjutan.
5. Meningkatkan kualitas dan integritas pelatih, wasit, dan instruktur.
6. Memberdayakan Asprov PSSI sebagai penanggung jawab pelaksanaan pengembangan prestasi sepak bola amatir di daerah.
7. Membangun Kantor PSSI dan training ground untuk aktivitas riset dan diklat Timnas Indonesia.
8. Mewujudkan timnas yang tangguh, berkualitas, berprestasi.
9. Memastikan seluruh klub professional wajib memenuhi persyaratan yang diatur dalam club licensing.
10. Meninjau kembali regulasi batas maksimal penggunaan pemain asing, maksimal 2 pemain.
11. Memperketat persyaratan pelatih asing untuk dapat menjadi pelatih di Liga 1, serta mendukung peningkatan kapasitas pelatih lokal.
12. Bekerja sama dengan aparat penegak untuk memberantas pengaturan hasil pertandingan (match fixing).
13. Membangun hubungan yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan sepak bola Indonesia, termasuk sinergi dengan Pemerintah Pusat mengimplementasikan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional, dan pemprov, pemda mengenai pemanfaatan fasilitas stadion dan atau lapangan sepak bola untuk pembinaan dan pengembangan sepak bola amatir di daerah.
14. Jika tidak mampu memperbaiki, paling tidak jangan semakin menambah parah kerusakannya.
Advertisement