Mantan Napi Bojonegoro Geluti Usaha Origami, Hasilnya Luar Biasa
Selama mendekam di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), justru menjadi tempat seorang pemuda di Bojonegoro belajar. Sehingga usai keluar dari jeruji besi, ia pun bisa survive. Bahkan bisa menularkan kemampuan yang dimiliki.
Adalah Yadi, pemuda 36 tahun asal Desa Sudah Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro. Selama setahun dirinya berada di Lapas, membuatnya tak patah arang. Banyak pelajaran selama dibalik perenungan.
Satu di antaranya, dia berhasil mengembangkan kemampuannya dalam seni melipat kertas atau origami. Seni asal Negeri Sakura ini, dia pelajari secara otodidak.
Beragam produk kerajinan yang terbuat dari limbah kertas sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di rumahnya. Mulai dari Boneka Doraemon, angry birds, vas bunga dan masih banyak lagi.
“Tidak ada yang mengajarkan. Saya membuat origami ini ketika di Lapas Bojonegoro. Ketika di dalam Lapas kegiatan membuat origami ini saya jadikan kesibukan. Untuk menghilangkan kejenuhan, awal mula seperti itu,” ucap Yadi.
Setelah keluar dari Lapas dia mengembangkan origami tersebut menjadi mata pencaharian. "Saya keluar Lapas itu sekira tahun 2017. Lalu mulai mengembangkan diri sampai dengan tahun 2018, membuat kerajinan dan saya bagikan gratis kepada saudara dan tetangga," kata dia.
Lalu, lanjut dia, pada tahun 2019 mulai dikenalkan ke Dinas Pariwisata. Melalui Kepala Desa Sudah. "Semenjak itu, mulai banyak pesanan dan kewalahan," ungkapnya.
Untuk mengembangkan usahanya, dia menggandeng karang taruna untuk bekerja sama karena dianggap cukup potensi. "Karang taruna ini kita gandeng untuk menjadi mitra. Terlebih untuk mengangkat potensi desa utamanya dengan kerajinan origami," jelasnya.
Dari kerja sama itu, dirinya mulai mengedukasi masyarakat sekitar untuk mengolah limbah kertas menjadi origami. “Kami sudah sering mengisi kegiatan edukasi di beberapa lembaga, mulai dari SD, SMP, SMA dan bahkan ibu-ibu PKK juga,” ujarnya.
Menurutnya, limbah kertas apabila diolah secara kreatif bisa bernilai ekonomi. Dari pada limbah kertas itu dibuang percuma. "Kami mulai dari warung-warung dan toko-toko untuk mengambil bahan baku," jelasnya.
Kalau di warung, lanjut dia, biasanya bungkus rokok dibuang begitu saja. Selain susah untuk diurai, bungkus rokok juga menjadi pemandangan tidak sedap jika dibuang sembarangan. "Jadi, kita manfaatkan limbah itu," ucap pria satu anak itu.
Sekarang ini, penjualan origami milik Yadi ini sudah menjangkau pasar luar kota. Memanfaatkan media digital, dipasarkan melalui online. Hampir di semua pulau besar yang ada di Indonesia ini sudah pernah membeli origami buatannya.
“Untuk harga dari origami ini paling murah Rp 6.000 rupiah dan yang paling mahal kisaran Rp 500.000, tergantung ukuran dan kerumitan pembuatan origami mas,” ujarnya kepada wartawan.
Dia menambahkan, sekarang ini dirinya diajak kerja sama dengan pihak Pemdes Sudah untuk membuat Wisata Edukasi Sudah (WES) yang bergerak di bidang edukasi pengolahan sampah kertas menjadi origami dan penjualan origami.
Advertisement