Mantan Kombatan Afghanistan: Bom Panci Itu Biasa Tapi Bahaya
Mantan kombatan Afghanistan dan Moro, Ustad Ali Fauzi Manzi, 53 tahun, mengatakan, kasus bomo bunuh diri kini muncul kembali. Menyusul bom bunuh diri yang terjadi di Markas Polsek Astana Anyar, Bandung,yang terjadi pada Rabu 7 Desember 2022 lalu.
Menurutnya, bom bunuh diri ini pernah popular beberapa tahun silam. Kelihatannya bom panci itu biasa tapi dampaknya berbahaya. Padahal untuk merakitnya biasa-biasa saja dan itu bisa dipelajari.”Ya, bom panci itu biasa tapi y aitu, dampaknya bahaya. Karena biasanya dengna bom bunuh diri,” tegasnya pada Ngopibareng.id di teras Masjid At Taqwa, Bojonegoro, Minggu 25 Desember 2022.
Dikatakan oleh Ustad Ali Fauzi, sebenarnya yang lebih berbahaya lagi, yaitu bom timer yang terjadi kurun waktu 20 tahun silam ini. Dia menyebut selama itu pula terjadi sebanyak 300 aksi dimana ada 25 kali peledakan dengan bom timer. Sasarannya di pelbagai daerah. Seperti di Jakarta, Bali, Bandung, Riau dengan sasaran tempat ibadah.
Aksi itu, lanjut Ustad Ali Fauzi, dilakukan oleh kelompok JI, jug ISIS dimana didalamnya ada Abu Bakar AlBagdadi. ”Bom timer itu punya daya ledak tinggi,” tegas pria yang kini aktif dengan program de-radikalisasi bersama Yayasan Lingkar Perdamaian di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan ini.
Jadi lanjutnya, bom timmer itu bisa dipasang di mobil, jugad di tubuh yang kemudian orangnya nekat dengan bom bunuh diri. Dan yang jadi sasaran adalah polisi, TNI dan juga tempat ibadah.
Kenapa Suka Tembak dan Bunuh Diri
Soal suka menembak dan bom bunuh diri, menurut Ustad Ali Fauzi, itu karena adanya faham yang salah. Dia mencontohkan, jangankan polisi atau TNI, di era Rasulullah saja juga sudah terjadi. Yaitu menantu Rasulullah bernama Ali bin Abu Thalib saja yang mati dibunuh, termasuk juga Muawiyah dan Amru bin Ash. Mereka dikafir-kafirkan ketika itu.”Jadi ini adalah faham yang salah, dan bukan Islam yang salah,” tandasnya.
Para kelompok yang kerap faham salah ini, lanjut Ustad Ali Fauzi, kerap menganggap Negara adalah thaghut (kejam dan menindas). Termasuk juga para aparatnya.”Jadi, sekali lagi, mereka memilih ajaran dengan faham yang salah,” paparnya.
Untuk itu, menurut Ustad Ali Fauzi, maka Islam itu yang berada di tengah-tengah. Tidak terlalu ke kiri dan juga tidak memilih terlalu kanan. Dia kemudian mencontohkan, ketika Rasulullah diusir dari para musuhnya dari Kota Makkah dan kemudian hijrah ke Madinnah. Beliau Rasulullah, lanjutnya, tetap mengatakan Kota Makkah tetap sebagai negeri yang dicintai.”Jadi, Rasulullah itu sebaik-baik perilaku yang mesti menjadi tauladan umat,” tandasnya.
Kembali Ada Penangkapan
Data terakhir Densus 88 Anti-teror menyebut ada 26 terduga teroris selama bulan Desember 2022. Menurut Ustad Ali Fauzi, bahwa sekarang ini soal perubahan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2023 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang yang dtetapkan pada 21 Juni 2018 lalu.
Jadi, UU terorisme baru itu, tidak bisa menyentuh semua. Tetapi, juga lebih fleksibel. Misalnya, siapa yang memberi dana, siapa yg berinfaq dan lainnya. “Misalnya mampir dan memberikan dukungan itu bisa ditangkap.,” tegasnya.
Sekarang ini, lanjut Ustad Alli, ratusan yang ditangkap itu karena pelbagai sebab. Misalnya punya jaringan dan sebagainya.”Jadi, perlulah memilih kawan yang baik,” ujarnya mengakhiri.